ANALISA PROPOSAL
USAHA KECIL MENENGAH
“MASTER
BROWNIES”
Untuk memenuhi
Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu
: Dr. Drs. Sukirman S.Pd., S.H., MM
Disusun
Oleh:
Nama : Dewi Lestari
NIM : 201511312
Kelas : EKM214-D
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
TAHUN
2016/2017
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Analisa
Proposal Usaha Kecil Menengah ini dengan baik.
Penulisan proposal
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan di Universitas
Muria Kudus Jurusan Manajemen.
Dalam memenuhi
persyaratan tersebut penulis mencoba membuat makalah yang berjudul “Analisa Proposal
Usaha Kecil Menengah (MASTER BROWNIES)”.
Dalam menyusun makalah
ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan
sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki penulis terbatas, cukup banyak
tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun proposal ini.
Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Kudus, April 2017
Penulis
RINGKASAN
Wirausaha merupakan orang yang mampu menciptakan lapangan kerja
sendiri, selain itu dia bahkan mampu menyerap tenaga kerja di lingkungannya.
Sehingga, hal ini dapat meminimalkan angka pengangguran setempat, yang
berdampak semakin berkurangnya angka kriminalitas. Selain profit, dia juga
berguna bagi lingkungan sosialnya.
Sebelum terjun menjadi seorang wirausaha, maka seseorang diharuskan
memiliki jiwa wirausaha itu sendiri. Mulai berlatih atau memang sudah dilatih
menjadi seorang wirausaha namun, seorang wirausaha juga wajib belajar di
lingkungan formal maupun informal. Karena ilmu nanti sangat dimanfaatkan dalam
praktiknya.
Sebagai seorang wirausaha maka, ia juga harus mengerti tentang resikonya.
Resiko dari setiap keputusan yang dibuatnya akan berdampak bagi usahanya di
masa mendatang.
Salah satu contoh berwirausaha yaitu dengan mendirikan usaha
brownies. Dimana saat ini brownies sangat digemari oleh segala segmentasi
pasar. Tidak ada batasan khusus terkait umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
lain sebagainya.
Maka dari itu, disini penulis berusaha menganalisa proposal usaha
kecil menengah “Master Brownies”. Usaha ini dirasa cukup kreatif untuk menembus
pangsa pasar yang besar. Dikarenakan brownies yang dibuat merupakan olahan dari
sayuran.
(Kata kunci: wirausaha, usaha, master
brownies)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
RINGKASAN.................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah.......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Wirausaha......................................................................................................................
4
2.2 Jiwa
Wirausaha..............................................................................................................
6
2.3 Resiko
Usaha.................................................................................................................
12
BAB III ANALISA DAN
PEMBAHASAN
3.1
Penerapan Teori Wirausaha ke dalam Kasus.................................................................
21
3.2
Penerapan Teori Jiwa Wirausaha ke dalam Kasus.........................................................
23
3.3
Penerapan Teori Resiko Usaha ke dalam Kasus............................................................
27
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan...................................................................................................................... 33
4.2
Saran................................................................................................................................ 33
LAMPIRAN....................................................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian
Wirausahawan ( enterpreneur ) diperoleh
dari berbagai buku maupun kamus, Kurotku dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur berasal dari bahasa
Perancis yaitu entrepreneur yang
berarti mengambil pekerjaan ( to
undertake ). Konsep mengenai entrepreneur
adalah sebagai berikut:
The entrepreneur is one who undertake to
organize, manage, and asume the risk of a bussines.
Konsep ini
memberikan arti bahwa usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat
organisasi, mengelola, dan menentukan resiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep
tersebut, resiko yang terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan
bisnis.
Zimmerer dan
Scarborough ( 2005) memberikan konsep wirausahawan sebagai berikut: An entrepreneur is one who creates a new
bussines in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving
profit and growth by identifiying significant oppurtunities and assembling the
necerssary resource to capitalize on them.
Konsep tersebut
menceritakan bahwa wirausahawan merupakan sesorang yang menghadapi risiko
dimasa yang mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan
seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap
usaha.
Berdasarkan
kedua konsep disebutkan bahwa entrepreneur
merupakan tindakan seseorang yang berani menanggung resiko sebuah bisnis,
adanya pertumbuhan bisnis, hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Entrepreneur mempunyai 4 karateristik
yaitu:
1.
Menjalankan sebuah bisnis yang mempunyai
kemungkinan menghasilkan keuntungan.
2.
Berani menanggung dan menerima risiko
bisnis tersebut di masa-masa mendatang.
3.
Bisnis yang sedang ditekuni akan
mempunyai kesempatan bertumbuh dan,
4.
Perusahaan akan membuat inovasi dan
terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Berbagai pihak
menyatakan bahwa entrepreneur dihubungkan
dengan inovasi karena tindakan bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai
inovasi tinggi. Inovasi tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada
awal memulai bisnis.
Pelaku
usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi
tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan.
Terkait jiwa kewirausahaan, jiwa
tersebut harus dimiliki dan dikembangkan jika ingin menjadi pelaku usaha yang
baik. Seluruh sifat-sifat belum tentu dimilik, semakin banyak yang dimiliki,
semakin besar kemungkinan menjadi wirausaha yang baik. Kebanyakan ciri jiwa
wirausaha antara yang satu dengan lainnya berhubungan. Contoh, individu
mempunyai keyakinan untuk menerima tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan,
bersedia mengambil resiko dan menjadi pemimpin. Terdapat wirausaha yang tidak
memenuhi kesembilan belas sifat jiwa wirausaha atau satu dari yang lain, ada
yang sombong, terlalu ideal, bersifat hangat dan bershabat, serta ada yang
menarik diri dan pemalu. Pengukuran berdasarkan sifat pribadi dan keterampilan,
maka sebagai kelompok pelaku usaha, para wirausaha sengat berbeda dari bukan
wirausaha.
Sedangkan resiko
juga tidak lepas dari perbincangan wirausaha. Wirausaha menyukai risiko
realistik karena ingin berhasil : mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan
tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan
yang dimiliki, sehingga risiko kecil dan tinggi dihindari karena sumber
kepuasan tidak terdapat pada situasi itu. Berarti wirausaha menyukai tantangan
yang sukar ytetapi dapat dicapai.
Semakin
bertambah besarnya perusahaan, maka bertambah banyak persoalan yanga akan dihadapi.
Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki bahwa pelaku usaha tidak
takut mengambil keputusan dan bersedia menerima risiko tertentu. Sebagian
pengusaha merasa takut mengambil risiko karena ingin aman dan mengelak
kegagalan, tetapi semua tahap pekerjaan mengandung risiko, dimana merupakan
bagian dari kegiatan pelaku usaha. Wirausaha bekerja di bawah tekanan dan
kondisi pengambilan risiko dan harus mengerti bahwa kemungkinan gagal selalu
ada.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan dalam makalah kali
ini, antara lain:
1.
Bagaimana analisa proposal usaha
kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait wirausahawan?
2. Bagaimana
analisa proposal usaha kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait
jiwa wirausahawan pelaku usaha tersebut?
3.
Bagaimana analisa proposal usaha
kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait resiko usaha tersebut?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
dalam pembuatan makalah kali ini, antara lain:
1. Menganalisa
dan menerapkan teori ke dalam proposal usaha kecil menengah (MASTER
BROWNIES) terkait wirausahawan.
2. Menganalisa
dan menerapkan teori ke dalam proposal usaha kecil menengah (MASTER
BROWNIES) terkait jiwa wirausahawan pelaku usaha tersebut.
3. Menganalisa
dan menerapkan teori ke dalam proposal usaha kecil menengah (MASTER
BROWNIES) terkait resiko usaha tersebut.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 WIRAUSAHAWAN
A.
Risiko
dan Karateristik
Landau ( 1982)
mengusulkan dari risiko yang dibawa (
risk bearing ) dengan karateristik inovasi membuat sebuah dasar klasifiksi entrepreneur. Hubungan tersebut sebagai
berikut :
Gambler
|
Entrepreneur
|
Consolidator
|
Dreamer
|
Gambler
merupakan entrepreneur juga, tetapi
selalu mempunyai karateristik inovasi yang rendah dan risiko yang besar. Dreamer ( pemimpi ) adalah entrepreneur yang mempunyai inovasi
tinggi, tetapi hanya menerima risiko yang rendah. Consolidator
adalah entrepreneur yang hanya
bisa menerima risiko rendah dan karateristik inovasi rendah. Entrepreneur adalah seorang yang
mempunyai karateristik inovasi tinggi dan risiko yang dihadapi atau dibawahnya
juga tinggi.
Kuratko
dan Hodgetts ( 2001 ) menyebutkan ada 10 karateristik dari entrepreneur yaitu :
1.
Entrepreneur
adalah
pelaku bukan pemikir.
2.
Entrepreneur
dilahirkan,
bukan dibuat atau diciptakan.
3.
Entrepreneur
selalu
menjadi penemu / pencipta sesuatu.
4.
Entrepreneur
adalah
akademis dan tidak bisa menyesuaikan dalam masyrakat.
5.
Entrepreneur
harus
memenuhi the profile
6.
Kebutuhan entrepreneur adalah uang.
7.
Kebutuhan entrepreneur adalah keberuntungan
8.
Ketidaktahuan merupakan kebahagian bagi entrepreneur
9.
Entrepreneur
menginginkan
keberhasilan tetapi pengalaman menyatakan tingkat kegagalan cukup tinggi.
10. Entrepreneur adalah
sangat pengambil risiko.
Karateristik ini sangat memberikan
pandangan kepada semua pihak bahwa entrepreneur
selalu membawa resiko dan inovasi. Kao ( 1991 ) menyeutkan ada 11
karateristik entrepreneur yaitu :
1.
Total komitmen, penentu, dan melindungi.
2.
Dorongan untuk mendapatkan dan
bertumbuh.
3.
Orientasi kepada kesempatan dan tujuan.
4.
Mempunyai inisiatif dan tanggung jawab
personal.
5.
Pemecah persoalan secara terus menerus,
6.
Memiliki realisme dan dapat bercengkrama
( humor )
7.
Selalu mencari dan menggunakan umpan
balik ( feedback)
8.
Selalu berfokus pada internal.
9.
Menghitung dan mencari resiko.
10. Kebutuhan
yang kecil untuk status dan kekuasaan.
11. Memiliki
integitas dan reliabilitas.
Sukardi
( 1991 ) menemukan ada 9 karateristik tingkah laku wirausahawan yaitu :
1.
Sifat instrumental
2.
Sifat prestasi
3.
Sifat keluwesan bergaul
4.
Sifat kerja keras
5.
Sifat keyakinan diri
6.
Sifat pengambil resiko
7.
Sifat swakendali
8.
Sifat kemandirian
Berdasarkan
karateristik entrepreneur yang
dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa entrepreneur harus memiliki motivasi
kerja keras, mempunyai jaringan ( network
), inovasi, dan keinginan bertumbuh, serta pengambil resiko. Kondisi ini
menunjukan bahwa para entrepreneur
menemui tekanan ( stress ) setiap
inovasi yang dikerjakan. Tekanan tersebut bersumber dari berbagai kejadian,
menurut Boyd dan Gumpert ( 1983 ) bahwa sumber tekanan dapat diidentifikasi
dari 4 penyebab yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis yang dikerjakan,
persoalan-persoalan manusia ( pegawai ), dan kebutuhan akan keberhasilan atau
tercapai.
B.
Mengatasi
Tekanan
Mengantisipasi
tekanan enterpreneur harus bisa berhasil,
supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kebiasaan mengatasi tekanan
dilakukan para enterpreneur seperti melakukan meditasi, melemaskan otot dengan
olahraga, mencari hiburan, dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yang perlu
dikerjakan agar tekanan teratasi, yaitu:
1.
Menciptakan networking : kesepian yang dihadapi dilakukan dengan menciptakan
hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permasalahan yang
dihadapi.
2.
Keluar dari persoalan secara total :
pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan enterpreneur melepaskan semua pekerjaan
dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran.
3.
Berkomunikasi dengan pekerja : enterpreneur mau membuka pintu dan
berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu enterpreneur dalam menghadapi persoalan.
4.
Menciptakan kepuasan di luar perusahaan
: enterpreneur dapat melakukan
kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatkan kepuasan sehingga bisnis yang
dikerjakan tidak menjadi persoalan.
5.
Pendelegasian : enterpreneur harus bisa mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan
dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
Seluruh uraian
tersebut memberikan penjelasan tentang enterpreneur
termasuk stress yang dihadapi. Inovasi dan resiko serta keinginan berkembang
merupakan karakteristik utama dari enterpreneur.
2.2 JIWA KEWIRAUSAHA
A.
Ideologi
Wirausaha
Keberhasilan
pelaku usaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan
sendiri, belajar tentang diri sendiri untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
keinginan dalam menjalani hidup. Kekuatan datang dari tindakan diri sendiri dan
buka dari diri oranglain. Resiko kegagaln selalu ada, pelaku usaha mengambil
resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan sendiri. Kegagalan
harus diterima sebagai pengalaman. Wirausaha berhasil setelah mengalami
kegagalan, berdasarkan dari pengalaman masa lampau membantu menyalurkan
kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan
keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal kata lelah.
Capaian tujuan yang
berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan. Terima diri sendiri, tekankan
kekuatan-kekuatan serta kurangi kelemhan, jujur dan agresif dalam mengejar
tujuan, dipastikan mencapai hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan
mendorong munculnya sifat muda yang paling baik. lakukan hal yang penting dan
mampu untuk dikerjakan.
Mencapai kesempurnaan
merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan
sasaran yang realistik bagi wirausaha pada umumnya. Hasil yang diterima lebih
penting dari hasil yang sempurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempuna
untuk satu tujuan dalam jangka waktu yang terlalu lama hanya akan menghambat
perkembangan dan pertumbuhan pribadi.
B.
Jati
diri Wirausaha
Manusia adalah individu yang unik, mempunyai pengalaman masa
lampau yang berbeda-beda, hidup dalam situasi berlainan, mempunyai ikatan dan
tanggung jawab berlainan, dan mempunyai tujuan hidup yang berlainan. Pengalaman
seseorang pelaku usaha cukup luas dan beragam serta dapat menentukan situasi
kehidupan yang sekarang. Wirausaha saling meniru antara satu dengan yang lain,
yang tua dan identifikasi mendekati model peranan akan menghasilkan sikap dan
keterampilan lebih mumpuni.
Pekerjaan, kondisi keluarga, keuangan serta faktor-faktor lain
menentukan sikap dalam melakukan usaha. Pelaku bisnis mempunyai berbagai
kewajiban dan ikatan terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk istri,
keluarga, atasan atau karyawan, apabila ikatan dan kewajiban di luar pekerjaan
terlalu banyak, akan mengalami kesulitan berkelakuan sebagai wirausaha.
Merencanakan masa depan bersifat realistik dalam menentukan diri sendiri yang
dapat dan tidak dapat diubah. Pengalaman masalalu membantu memahami lebih baik
situasi yang ada sekarang.
Wirausaha mempunyai
tujuan dan harapan tertentu, semakin jelas tujuan semakin besar kemungkinan
tercapai, dan sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas diri
sendiri. Kunci utama bagi keberhasilan adalah keterlibatan dalam pertumbuhan
pribadi secara terus menerus.
C.
Bisnis
Ditempat Kerja
Melakukan
bisnis adalah suatu gaya hidup dan prinsip tertentu untuk mempengaruhi strategi
karier. Berlakulah fleksibel, imaginatif, mampu merencanakan, mengambil resiko,
mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Bersedia bekerja dalam
keadan konflik, perubahan, dan keragu-raguan. Berartibahwa pelaku bisnis perlu
menganalisis diri sendiri dalam hubungan dengan lingkungan tempat bekerja.
Pelaku bisnis menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran karier,
dan hasil yang di inginkan diharapkan berkaitan dengan tujuan yang dapat diukur
dan berarti. Sasaran ini bersifat menantang, memberi motivasi kepada pelaku
usaha untuk berlajar dan berkembang dalam karier. Pelaku usahan akan belajar
paling baik, jika melakukan hal-hal yang menarik minat dan mempunyai ikatan
pada tujuan tetentu, menimbang sifat-sifat pribadi sesuai dengan kondisi pelaku
usaha. Rangkaian pertanyaan berikut memberikan petunjuk tentang kemampuan
pelaku usaha.
D.
Sikap
Karir
Pelaku
bisnis mempunyai kemampuan tertentu yang
dapat diterapkan pada sejumlah karir. Faktor-faktor berikut membantu pelaku
usaha dalam mengembangkan sikap kewirausahaan pada karir.
1. Pilih
karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatif
dan memungkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh
kemampuan dan bakat diri sendiri.
2. Apabila
memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya mencontoh usahawan yang berhasil
dalam bidang sejenis. Sekali mengerti teknik dalam mencapai sukses, gunakan
untuk mengembangkan karir diri sendiri. Tidak dibenarkan meniru secara gelap,
pusatkan perhatian pada aspek khusus dari pelaku usaha yang berhasil.
Kembangkan sifat positif melalui
kegiatan sehari-hari.
3. Diperlukan
pengetahuan sebanyak mungkin tentang karir yang telah dipilih. Pengetahuan tersebut sangat membantu menjadi ahli dalam
jenis pekerjaan tersebut.
4. Tingkatkan
kemampuan diri secara terus-menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang
kedepan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
5. Semua selalu berubah, berarti pelaku
usaha mampu melakukan berubah. Terima perubahan dan gunakan untuk memotivasi
diri dalam mencapai tujuan atau sasaran yang lebih tinggi.
6. Berorientasi pada tindakan, mampu
mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang mengantar pada sukses
masa depan.
7. Memiliki
kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan
kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan
kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Terima kelemahan dan cari sumber
daya lain untuk menyeimbangkan kekurangan.
8. Susun
kegiatan menjadi rutin agar mempunyai
banyak waktu untuk berwirausaha, gunakan sedikit tenaga, untuk kegiatan
non-rutin menghendaki lebih banyak waktu dan tenaga. Keteraturan dan kerutinan
dalam kehidupan sehari-hari, membuat pelaku bisnis mempunyai banyak waktu dan
tenaga untuk kegiatan yang kreatif.
9. Terimalah
tanggung jawab secara pribadi untuk mensukseskan sesuatu kegiatan dari suatu
keadaan
10. Mampu
menggabungkan sifat pribadi dari individu yang bekerja untuk diri sendiri dalam
upaya mencapai hasil maksimum. Keberhasilan akan ditentukan oleh prestasi para
karyawan.
11. Mempunyai
keyakinan pada diri sendiri maupun karyawan, yakin akan kemampuan staf dan
hasil yang dicapai.
12. Penampilan
diri mempengaruhi citra diri sendiri, apabila tampil baik akan merasa baik
juga. Penampilan menentukan positif atau negatif reaksi orang lain dari diri
sendiri, pastikan berpenampilan yang menarik.
13. Mengampil
kepuasan merupakan suatu ciri utama dari pelaku usaha yang berhasil. Keputusan
diambil dengan informasi dan fakta yang terbatas, jika situasi menghendaki agar
mengambil keputusan, buat keputusan dan awasi keputusan untuk diterapkan.
14. Jalani
hidup pada masa sekarang dan jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan di
masa lalu. Pandang kedepan untuk memberikan pengalaman yang menguntungkan dan
memuaskan.
E.
Sikap
Mental
Pelaku usaha memiliki
pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan
cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat.
Saran berikut merupakan
pengembangan sikap mental yang baik.
1.
Pelaku bisnis merupakan orang yang
mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan
prestasi. Tunjukan sikap yang positif terhadap pekerjaan, karena sikap ini
menentukan keberhasilan.
2.
Otak merupakan alat yang berdaya luar
biasa, menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk memikirkan suatu
kemungkinan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3.
Sebagai manusia membatasi pikiran pada
problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakan Imajinasi untuk meluaskan
pikiran dan coba berfikir yang
besar-besar. Pelaku usaha yang dapat melihat image besar adalah bersifat
wirausaha dan merupakan calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
4.
Humor ikut mengembangkan sikap mental
yang sehat, selalu serius dapat merugikan pekerjaan dan tidak sehat.
menunjukkan rasa humor berpengaruh pada orang lain dengan jalan menyebarkan
optimismedan suasan yang santai.
5.
pikiran harus terorganisasi dengan baik
dan amampu memusatkan pada berbagai permasalahan. Mampu memindahkan perhatian
dari satu permasalahan ke permasalahan lain dengan upaya yang minim.
F.
Perilaku
Positif
Perilaku individu pada dasarnya
membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap, perilaku usaha menggunakan sikap
untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada
kegiatan, kejadian dan atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai
segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari
hikmah dari pengalaman.
Sikap positif
dapat dikembangkan dalam jangka waktu lama. Faktor-faktor berikut berguna bagi
pelaku usaha dalam mengembangkan sikap positif.
1.
Pusatkan perhatian dan gunakan pikiran
secara produktif.
2.
Pilih sasaran positif dalam bekerja.
3.
Bergaul dengan orang yang berpikir dan
bertindak secara wirausaha. Cara berpikir dan ciri-ciri dari orang di sekitar
berimbas pada diri sendiri.
4.
Jauhi pikiran dan ide negatif.
5.
Diri sendiri yang mengendalikan pikiran
dan gunakan pikiran secara produktif.
6.
Selalu awas terhadap peluang-peluang
untuk meningkatkan situasi, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan kerja
maupun kehidupan masyarakat.
7.
Tinggalkan suatu ide jika tidak
menghasilkan yang benar, lebih baik mengubah arah dari pada mengejar ide yang
tidak akan berhasil secara memuaskan.
8.
Lingkungan mempengaruhi prestasi,
apabila lingkungan tidak memenuhi kebutuhan diri wirausaha, ubah lingkungan
atau pindah ke lingkungan lain yang lebih positif dan memungkinkan tercapai
sasaran yang diinginkan.
9.
Percaya diri sendiri dan bakat, sukses
datang bagi yang percaya pada kemampuan diri sendiri dan menggunakan kemampuan
sepenuhnya.
10. Hilangkan
beban mental dengan mengambil tindakan. Pusatkan pikiran pada problem tertentu.
Sekali mencapai keputusan, ambil tindakan untuk memecahkan persoalan. Usahakan
konflik mental diselesaikan secepat mungkin.
Penelitian
mutakhir menunjukan bahwa ciri pokok dari wirausaha berhasil adalah kemampuan
untuk mengambil keputusan dalam suasana stress.
Mengelola dalam situasi stress yang
terus menerus menghendaki keadaan fisik dan mental baik. Paling utama dalam
menangani stress meliputi :
perhatikan dalam makan dan minum, tidur dan istirahat yang cukup, tidak
merokok, memisahkan yang penting dari yang “mendesak” dan dari yang “lain-lain”
dimana harus dibuat dan mengutamakan menangani hal-hal yang penting dengan
mengambil tindakan tidak berhenti pada rasa cemas. Siapkan rencana darurat
untuk menangani apabila terjadi paling buruk, lebih baik, atau paling
memungkinkan terjadi. Menghadapi stress,
yang perlu diingat adalah menyediakan cukup waktu dan berusaha untuk bekerja
sesuai dengan rencana.
G. Kebiasaan dan Sikap
Perbuatan baik sulit diperoleh, tetapi
sekali telah diperoleh merupakan harta yang paling utama. Eksekutif puncak
telah menjadikan kebiasaan mulai bekerja pagi-pagi. Bangun dua atau tiga jam
lebih dini dari orang biasa merupakan sebuah cara untuk menjadi lebih
produktif, ini menghendaki usaha besar, dan tidak menyenangkan. Apabila pelaku
usaha dapat membentuk kebiaan selama satu bulam setiap hari, akan menjadi
kebiasaan. Menggunakan waktu dini secara produktif, membantu jika pada malam
sebelumnya telah memutuskan bagaimana menggunakannya. Kondisi semacam ini akan
membawa kebiasaan baik lainnya, merencanakan kegiatan penting hari berikut
sebelum pergi tidur setiap malam.
Setelah satu
bulan ingin mempertahankan kebiasaan yang baru di peroleh, kemungkinan besar
bahwa kebiasaan itu yang baik dan memegang peranan penting dalam prestasi masa
depan. Seandainya mengetahui bahwa diri sendiri yang bertanggung jawab atas
tindakan-tindakan, seharusnya bersedia meninjau kembali kebiasaan-kebiasaan
dalam hubungan dengan tujuan-tujuan masa depan. Kebiasaan baru perlu
menggantikan kebiasaan lama agar ikut menunjang keberhasilan masa depan.
2.3 RISIKO USAHA
A.
Kondisi
Berisiko
Kondisi berisiko terjadi apabila
pelaku usaha supaya membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih, yang
mengakibatkan hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif.
Kondisi semacam ini mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Semakin
besar kemungkinan rugi semakin besar risiko yang dihadapi. Sebagai penentu
keputusan risiko pelaku usaha harus mengambil keputusan dalam situasi penuh
ketidakpastian, dengan menimbang kemungkinan sukses atau rugi. Pelaku usaha
dapat memilih alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif
“konservatif”, tergantung dari:
1.
Kemampuan daya tarik setiap alternatif
2.
Kesedian menerima kerugian
3.
Kemampuan menerima keberhasilan dan
kegagalan
4.
Kemampuan meningkatkan keberhasilan dan mengurangi
kerugian.
Ciri-ciri wirausaha saling
berkaitan, terutama pada perilaku pengambilan risiko, beberapa kaitan itu
antara lain:
1.
Pengambilan risiko berkaitan dengan
kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide
menjadi realitas.
2.
Pengambilan risiko berkaitan dengan
kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri
sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari
keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat
orang lain sebagai risiko.
3.
Pengetahuan realistik mengenai
kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan
pada situasi yang dapat pengaruhi hasil.
B.
Keputusan
Risiko
Pengambilan keputusan risiko
merupakan masalah yang paling utama dalam merealisasikan potensi pada diri sendiri sebagai wirausaha. Pengalaman
pengambilan risiko dalam hubungnan pribadi dengan anak, istri dan tetangga akan
membantu mempeoleh pengalaman untuk menilai kemungkinan-kemungkinan pengambilan
risiko seperlunya dan mengelakkan risiko yang kecil.
Pengambilan
risiko dalam kehidupan melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa masa
lalu, perhatian untuk msa depan, dan keinginan untuk hidup di masa sekarang.
Apabila tidak bersedia mengambil risiko, maka tidak akan pernah dapat
mewujudakan bakat dan kemampuan. Pertumbuhan pribadi dan profesional datang
dari hidup di masa sekarang dan mengambil risiko yang perlu untuk mencapai
tujuan-tujuan di masa yang akan datang.
Selaku pelaku
usaha, harus sadar bahwa pertumbuhan datang dari pengambilan keuntungan
peluang-peluang masa sekarang dalam kehidupan pribadi maupun bisnis dan
pengambilan risiko untuk mencapai tujuan. Beberapa risiko penting adalah yang
membawa belajar mengenai sesuatu yang baru tentang diri sendiri.
Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi harus menantang kemampuan,
jangan meremehkan nilai diri sendiri, karena dimungkinkan mampu mencapai lebih
banyak dari yang di capai sekarang. Pengambilan risiko merupakan bagian penting
dalam pertumbuhan pribadi, dan berguna dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Menanggung
risiko pribadi atas tindakan diri sendiri mengurangi ketergantungan pada orang
lain. Wirausaha merupakan orang yang bertanggung jawab, karena mempunyai
kekuatan dan kemampuan untuk menentukan masa depan diri sendiri. Apabila orang
lain menanggung risiko atas tindakan pribadi pelaku usaha, maka berarti peranan
pribadi selaku pelaku usaha atas masa depan diri sendiri sangat lemah. Pribadi
pelaku usaha tidak dapat hidup secara penuh karena tidak menanggung risiko atas
perbuatan diri sendiri. Sesuatu yang salah dalam kehidupan diri sendiri, maka
ini saat yang tepat untuk menanggung risiko demi perbaikan, jika tidak maka
situasi akan semakin buruk, dan pemasalahan
semakin sukar dipecahkan.
Risiko timbul
saat seseorang menerima tanggungjawab atas keputusan dan tindakan yang
dilakukan, dan atas keputusan-keputusan iyulah maka bertanggungjawab mengatasi
dengan keyakinan yang lebih besar untuk mengurangi risiko. Sulit memisahkan
antara tujuan pribadi dengan tujuan bisnis karena perusahaan merupakan bagian
dari hidup, jangan mengaambil risiko yang lebih besar dari yang dapat di
tanggung, hal ini merupakan peringatan karena terdapat godaan untuk
mempertaruhkan semua demi suatu gagasan.
Sebagai
wirausaha jangan mengambil risiko yang tidak diperlukan, usahakan dapat
menguasai emosi dan mengambil risiko jika keuntungan sama atau lebih besar dari
risiko yang terkandung. Kegiatan utama adalah memutuskan apakah tujuan itu
cukup penting untuk dapat membenarkan risiko atau tidak. Kondisi tertentu
wirausaha menggunakan intuisi dan menilai tindakan mana saja yang mengandung
risiko. Intuisi akan menentukan sejauh mana risiko dan hasil yang diperoleh.
Faktor-faktor yang dapat terwujud namun penting adalah bakat, kemampuan, dan
pengalaman diri sendiri.
C.
Kembangkan
Ide
Risiko dan kreativitas merupakan
dua ciri penting wirausaha, berusaha lebih kreatif, menjadi lebih sadar akan
ide yang produktif. Apabila dapat memilih dari sejumlah ide-ide yang baik, maka
lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide paling
produktif.
Semua orang kreatif,jika
telah mengembangkan suatu ide yang kreatif, maka risiko tertentu akan menyertai
pelaksanaan, dalam mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, saran, berikut dapat
membantu mengatasi:
1.
Utarakan ide kepada istri atau teman, lebih
baik membicarakan suatu ide sebelum ditulis. Menerangkan suatu ide akan
mengantar kepada suatu diskusi, akan menghasilkan suatu perbaikan. Setelah ide
menjadi pasti baru ditulis. Masih terdapat kemungkinan terjadi perubahan
sebelum mencapai bentuk akhir.
2.
Pilih tempat dan waktu untuk
mengemukakan ide kepada orang lain, jangan mengusulkkan ide kepada perusahaan
sewaktu megalami krisis. Organisasi berada dalam keadaan stabil, sebelum ide
diperkenalkan. Ketepatan waktu sangat penting dalam mengemukakan suatu ide.
Pilih waktu ketika orang lain paling terbuka terhadap sesuatu yang baru.
3.
Kemukakan ide sedikit demi sedikit,
pertama ajukan konsep total, seiring berjalannya waktu, dan semakin tertariknya
orang pada ide, baru rinciannya dikemukakan.
D.
Tipe Pengambil Risiko
Pengambilan
keputusan atau risiko sedikit banyak dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman
lalu, situasi sekarang dan pengharapan-pengharapan masa depan, dalam bisnis dibutuhkan
berbagai tipe pengambil risiko. Organisasi tingkat bawah dibutuhkan pekerja
yang terampil dalam melaksanakan pekerjaan rutin, sehingga sedikit risiko.
Sebagian besar pekerja masuk ke dalam pengambil risiko tipe ini, karena
perilaku dapat diramalkan dan membawa kestabilan organisasi.
Tingkat
manajemen menengah, terdapat kemungkinan lebih banyak untuk pengambilan risiko.
Manajer tingkat menengah lebih banyak mendapat kebebasan untuk inovasi dan
membuat perubahan kecil dalam prosedur dan fungsi-fungsi. Posisi ini dapat
dianggap sebagai pengambil risiko, tetapi dampak atas keseluruhan organisasi
harus minim. Pelaku usaha yang berada pada tingkat teratas, mempunyai kemampuan
untuk merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Mengantisipasi keberhasilan dalam
bisnis, wirausaha diharapkan mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide menjadi
kenyataan.
Wirausaha
dapat dikatakan “praktis”, apabila organisasi tumbuh berdasarkan pengendalian
dan pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha praktis berorientasi pada
hasil dan mempunyai keyakinan akan ide-ide sehingga mampu menerima risiko demi
terlaksananya ide tersebut. Sebaliknya, pelaku usaha merasa lebih praktis dalam
menyadari keterbatasan diri dan membatasi kegiatan sampai pada aktivitas yang
mampu dilaksanakan.
Pelaku
usaha yang kreatif dan inovatif akan mengambil risiko yang sedang, bersedia
menerima perubahan, mencoba alternative lain dan mengembangkan inovasi untuk
barang dan jasa dalam bidang bisnis baru. Pelaku usaha semacam ini menjadi
tokoh dalam dunia bisnis, mempunyai ide dan mampu menemukan kombinasi antara
orang dan sumber daya lain untuk mewujudkan ide.
E.
Delegasikan Wewenang
Sebagai pelaku
usaha, posisi pemimpin mempunyai arti dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan orang
lain dalam mencapai tujuan perusahaan, tetapi sebaliknya sebagai individu
mempunyai kemampuan yang terbatas, oleh karena itu membutuhkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi pada posisi yang lebih tinggi. Pemimpin organisasi
diharapkan bersedia memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada staf untuk
kegiatan-kegiatan tertentu.
Mendelegasikan
wewenang dan tanggungjawab kepada orang lain mengandung risiko tertentu.
Terdapat akibat-akibat negatif maupun positif berarti pemimpin harus menanggung
akibatnya. Pelaku usaha merupakan wirausaha yang berorientasi pada pertumbuhan
harus mempunyai staf yang berorientasikna tindakan dan mampu menerima wewenang
serta tanggungjawab.
Keuntungan
maksimum agar dapat diperoleh, karyawan diberi wewenang dan kebebasan untuk
melaksanakan tugas dari tanggungjawab. Pelaku usaha membutuhkan pertolongan
orang lain, tetapi seorang pemimpin tidak mempunyai waktu untuk memonitor
kegiatan secara langsung, kepercayaan pada staf ditunjukkan oleh jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penilaian usaha, setiap
jawaban memberi petunjuk mengenai kesediaan mengambil risiko dalam
mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab kepada orang lain dalam organisasi.
Pelaku usaha yang dapat mendelegasikan kegiatan kepada orang lain, mempunyai
waktu untuk kegiatan yang lebih penting seperti perencanaan jangka panjang atau
pengembangan produk-produk baru.
F.
Melaksanakan Perubahan
Setiap melakukan
kegiatan harus dapat menentukan apakah ada risiko atau tidak, suatu risiko,
kekuatan, posisi dan kewenangan akan mendapat tantangan. Jika diketahui
terdapat risiko dalam bisnis, maka dibutuhkan kemampuan untuk menilai situasi
secara realistik dan mencari pemecahan. Berani mengambil tindakan korektif yang
diperlukan, walaupun mengandung risiko tertentu.
Suatu
risiko jelas ada, maka diperlukan pengambilan keputusan atau justru tidak
penting, apabila memutuskan mengambil risiko, maka segera melaksanakan suatu
rencana pasti dan mulai mengambil tindakan. Rencana-rencana alternatif juga
dirancang karena apabila rencana utama tidak berhasil, maka alternatif
memungkinkan eksibilitas bila permasalahan berubah.
Suatu
rencana sudah dicanangkan kemudian dilaksanakan, sehingga jika rencana
dilaksanakan maka dapat mengetahui risiko yang terkandung. Umpan balik yang
diterima tidak banyak, kekurangan umpan balik menciptakan keragu-raguan,
setelah keputusan dilaksanakan, mempunyai ikatan penuh dengan keputusan sampai
dengan masalah terpecahkan. Keyakinan dalam menangani persoalan sangat
menentukan, jika yakin serangkaian tindakan akan memecahkan persoalan, maka
tindakan tersebut menentukan hasil. Mempromosikan keputusan dan memperoleh
dukungan orang lain mempengaruhi suksesnya keputusan.
Kemampuan mengambil risiko pelaku usaha dipengaruhi
oleh:
1. Keyakinan diri,
2. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan sepenuhnya
untuk mengubah keadaan,
3. Kemampuan menilai situasi risiko secara realistis
dan mengubah kesempatan kemungkinan,
4. Menghadapi situasi risiko menurut tujuan-tujuan yang
telah ditentukan.
Tindakan
mengambil risiko merupakan bagian hakiki dari pelaku usaha, oleh karena itu
perlu menetapkan sasaran yang tinggi untuk diri sendiri, kemudian menggunakan
semua kemampuan dan bakat untuk mencapau tujuan-tujuan tersebut, semakin tinggi
tujuan, semakin besar risiko yang akan dihadapi.
G.
Evaluasi Risiko
Keberadaan
data kuantitatif sangat membantu dalam melakukan evaluasi setiap risiko,
menetapkan tujuan-tujuan dan dimungkinkan menggeneralisasikan kemajuan secara
sistematis. Melalui data kuantitatif, mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai
dalam hubungan dengan ide-ide yang telah digariskan. Pelaku usaha diharapkan
mengetahui dengan cermat dan makna dari angka-angka tersebut. Data kuantitatif
mendukung pengetahuan, latar belakang dan pengalaman dalam mengambil keputusan.
Lakukan evaluasi kebutuhan sendiri sebelum memutuskan untuk mengambil risiko.
Sebelum mengambil keputusan yang mengandung risiko perhatikan pertanyaan
berikut ini:
1. Apakah risiko sepadan dengan hasil?
2. Bagaimana risiko dapat dikurangi atau dihindari?
3. Informasi apa yang diperlukan sebelum risiko
diambil?
4. Sumber-sumber daya mana yang dapat membantu
mengurangi risiko dan mencapai tujuan?
5. Mengapa risiko ini penting?
6. Apa yang menakutkan dalam mengambil risiko?
7. Apa pelaku usaha bersedia berusaha sekuat tenaga
untuk mencapai tujuan?
8. Apa yang dapat dicapai dengan mengambil risiko?
9. Persiapan-persiapan apa yang perlu dibuat sebelum
mengambil risiko?
10. Bagaimana dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa
tujuan telah tercapai?
11. Apa halangan-halangan terbesar dalam mencapai
tujuan?
Proses
pemeriksaan diri penting dalam mengambil risiko. Daftar pertanyaan hanya contoh
dari serangkaian pertanyaan yang harus dijawab sebelum menanggung risiko. Mengambil
risiko sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, dapat mengakibatkan
kegagalan.
H.
Pengambilan Risiko
Perilaku
mengambil risiko kewirausahaan semakin diakui sebagai sesuatu yang penting bagi
manajemen tingkat puncak. Terdapat beberapa perusahaan memiliki keinginan untuk
maju memilih laki-laki atau wanita wirausaha yang berani mengambil risiko dan
berinovasi, daripada manajemen yang bersifat meneruskan dari perusahaan yang
sudah ada.
Pengambilan
risiko merupakan gaya perilaku, dengan penuh perhitungan, merupakan suatu
keterampilan yang dapat ditingkatkan. Prosedur untuk menganalisis sebuah
risiko:
1.
Taksiran Risiko
Pertama menaksir ada
tidaknya risiko, yaitu apa terdapat potensi rugi dalam memilih sebuah
alternative. Missal, dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi untuk
memenuhi tambahan permintaan. Pilihannya adalah sebagai berikut:
a.
Tetap pada
tingkat permintaan sekarang,
b.
Membeli
peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan,
c.
Menyewa
peralatan untuk memenuhi permintaan,
d.
Mensubkontrakkan
kepada produsen-produsen yang lebih kecil.
Apabila
mempunyai arus kas yang baik, cadangan kas kuatm atau kemudahan kredit baik,
dan jika permintaan dapat dipastikan meningkat pada waktu yang akan datang,
maka disini terdapat sedikit risiko dalam memutuskan salah satu satu dari
alternatif-alternatif, meskipun alternatif pertama merupakan pilihan yang tidak
bijaksana untuk diambil karena mengabaikan peluang peningkatan laba.
Keadaan
lain, peningkatan permintaan tidak dapat dipastikan. Misalkan saja produk atau
jasa bisa menjadi using karena inovasi-inovasi dari pihak pesaing, atau lebih
banyak perusahaan yang masuk dalam bidang yang sama, atau pasar sedang
mendekati titik jenuh. Lebih jauh lagi, bisnis tidak mampu menginvestasi jumlah
yang dikehendaki karena tidak ada kepastian apakah modal akan kembali. Kondisi
ini, terdapat berbagai derajat risiko, dan berkaitan dengan berbagai tingkat
laba potensial (sukses) untuk berbagai alternatif.
2.
Tujuan dan
Sasaran
Langkah
berikutnya adalah mempertimbangkan kebijakan-kebijakan dan sasaran-sasaran
perusahaan. Sasaran sebuah perusahaan dirumuskan: mencapai pertumbuhan secara
perlahan, mantap, atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang produk lain.
Pelaku usaha berani memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azas dengan
tujuan dan sasaran perusahaan. Apabila saat azas, proses pengambilan keputusan
diteruskan dan lakukan penaksiran alternatif secara rinci.
3.
Teliti
Alternatif
Contoh: pengambilan
risiko tertentu (keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran
perusahaan, maka langkah selanjutnya mengadakan survey berbagai alternatif.
Alternatif-alternatif ditentukan secara rinci sehingga semua biaya dapat
ditelaah dengan obyektif. Sebagian besar biaya merupakan biaya finansial.
Tetapi jika ditinjau memungkinkan sebaiknya memperhitungkan “biaya pribadi”,
sosial dan fisik. Misal: apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise sosial?
Perlu menentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternatif
yang dapat dijalankan.
4.
Kumpulkan
Alternatif
Tahap selanjutnya
mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penaksiran setiap kemungkinan
realistik dapat dibuat secara realistik. Ramalan pasar dibuat untuk setiap
permintaan dalam berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi. Reaksi dari
pesaing ditaksir dan akibat dari reaksi diperhitungkan. Berbagai akibat
sebaiknya ditelusuri dengan kesimpulan-kesimpulan logis sebagai berikut:
a. Apabila permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah
modifikasi, produk mendorong kenaikan permintaan di pasar baru.
b. Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan
persaingan mengurangi bagian pasar yang sekarang?
c. Dapatkah peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah
untuk membuat produk-produk lain?
d. Apakah ada kemungkinan para pembekal dan
subkontraktor menaikkan harga-harga jika permintaan bertambah?
Laba yang
diperoleh perusahaan untuk setiap alternatif diukur atas dasar informasi pasar,
ramalan-ramalan dari permintaan masa depan, penaksiran reaksi persaingan, dan
berbagai ramalan lain termasuk perilaku dari yang terlibat dalam situasi ini,
seperti perusahaan jasa keuangan atau produsen peralatan.
5.
Minimkan Risiko
Menentukan langkah yang berisikan penaksiran secara
realistik tentang sejauh mana dapat mempengaruhi keadaan, mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:
a.
Kesadaran yang
jelas tentang kemampuan dan kekuatan perusahaan,
b.
Kreativitas
dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan),
c.
Kemampuan
merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan,
d.
Dorongan, energi
dan antusias untuk melaksanakan strategi.
6.
Rencanakan dan
Laksanakan Alternatif
Sebuah alternatif telah dipilih, susunan sebuah
rencana untuk pelaksanaan. Rencana membuat jadwal, rumusan tujuan yang jelas,
seperangkat rencana darurat untuk hasil yang akan terjadi, dan proses umpan
balik, sehingga perubahan-perubahan yang diperlukan dilaksanakan dengan segera.
BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Wirausahawan
A.
Risiko
dan Karateristik
Dalam
konsep ini, penulis proposal (business
plan “MASTER BROWNIES”) masih dalam tahap sebagai Dreamer (pemimpi). Entrepreneur yang mempunyai inovasi
tinggi, tetapi hanya menerima risiko yang rendah. Dikarenakan, dalam proposal
bisnis tersebut, penulis belum terjun nyata ke dalam dunia bisnis yang ia
tulis. Dia masih dalam tahapan bermimpi dengan tulisan berbentuk proposal
rancangan usaha, dan dikarenakan beberapa faktor internal maupun eksternal,
maka usaha belum menjadi kenyataan.
Pada
jangka panjang, tentu pelaku akan menjadi seorang entrepreneur adalah seorang yang mempunyai karateristik inovasi
tinggi dan risiko yang dihadapi atau dibawahnya juga tinggi.
B.
Karakteristik
yang dimiliki pelaku bisnis ini dalam proposal bisnis “master brownies”, antara
lain:
1. Sifat
prestasi
Diwujudkan dari beberapa prestasi
yang pernah didapat oleh pelaku usaha, antara lain: pemenang BPC(Business Plan Compatition) yang diadakan
di kampus pelaku (UMK). Selain itu, prestasi akademik yang dapat diwujudkan
dari beberapa kemampuan penunjangnya.
2. Sifat
keluwesan bergaul
Diwujudkan dari mudahnya pelaku
usaha dala bergaul, dia mengikuti beberapa komunitas maupun organisasi yang
memungkinkan tambahnya teman bergaulnya.
3. Sifat
kerja keras
Diwujudkan dari kerja kerasnya yang
tidak mudah menyerah dalam menghadapi sesuatu dan terus berusaha.
4. Sifat
keyakinan diri
Diwujudkan sifat kepercayaan diri
yang tinggi bahwa dia bisa melakukan bisnis tersebut.
5. Sifat
pengambil resiko
Diwujudkan dalam ia ketika
mengambil resiko, memperhitungkan beberapa faktor yang mungkin berpengaruh.
6. Sifat
swakendali
Diwujudkan dalam mengendalikan
sesuatu yang ia inginkan.
7. Sifat
kemandirian
Diwujudkan dalam kemandiriannya
dalam melakukan sesuatu sebisa mungkin tidak bergantung pada orang lain.
C.
Mengatasi
Tekanan
Mengantisipasi tekanan enterpreneur harus bisa berhasil, supaya
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kebiasaan mengatasi tekanan dilakukan
para enterpreneur seperti melakukan meditasi, melemaskan otot dengan olahraga,
mencari hiburan, dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yang perlu dikerjakan
agar tekanan teratasi, yaitu:
1.
Menciptakan networking : kesepian yang dihadapi dilakukan dengan menciptakan
hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permasalahan yang
dihadapi.
Pelaku memiliki hubungan baik di lingkungan
masyarakat, dia juga aktif di dalam beberapa organisasi di kampusnya, antara
lain: UKM Jurnalistik devisi LPM Pena Kampus dan juga Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen.
2.
Keluar dari persoalan secara total :
pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan enterpreneur melepaskan semua pekerjaan
dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran.
Biasanya pelaku sering menikmati liburan dengan jalan-jalan bersama
teman-temannya ataupun liburan bersama keluarganya.
Hal ini dapat dilakukan di luar rumah atau sekadar
di rumah. Pada intinya, pada saat itu adalah melupakan sejenak terkait
pekerjaannya dan menikmati liburannya.
3.
Berkomunikasi dengan pekerja : enterpreneur mau membuka pintu dan
berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu enterpreneur dalam menghadapi persoalan.
Pada aspek ini, pelaku belum memiliki pekerja, yang
ada hanyalah orang yang sama-sama membantunya dalam membangun usahanya. Namun,
mereka tidak dikatakan sebagai pekerja oleh pelaku dikarenakan, bisnis tersebut
akan tumbuh dikarenakan beberapa orang tersebut.
4.
Menciptakan kepuasan di luar perusahaan
: enterpreneur dapat melakukan
kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatkan kepuasan sehingga bisnis yang
dikerjakan tidak menjadi persoalan.
Hal
ini dilakukan pelaku untuk melaksanakan liburan di luar rumah dan bersantai.
5.
Pendelegasian : enterpreneur harus bisa mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan
dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
Pelaku mempercayai setiap orang yang sudah bekerja
bersamanya, jadi dia akan menaruh kepercayaan tersbeut pada orang tersebut.
2.2
JIWA KEWIRAUSAHA
A.
Ideologi
Wirausaha
Wirausahawan merupakan seorang yang
menghadapi risiko dimasa yang mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit
dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami
peningkatan terhadap usaha.
Dalam aspek
analisa ini, Dewi Lestari selaku pelaku utama dalam studi kasus (proposal business plan “MASTER BROWNIES”)
memiliki niat atau sebuah planning
untuk menjadi seorang wirausahawan, dimana dia berniat untuk mengambil
pekerjaan atau lebih tepatnya menciptakan pekerjaan dengan usahanya sendiri.
Disini dia dituntut aktif dalam memulai usaha bisnisnya dan belajar mendalam
terkait dunia entrepreneur.
B.
Jati
diri Wirausaha
Pelaku usaha “MASTER BROWNIES” masih tergolong muda saat
meniti karirnya. Awalnya dia tidak mengetahui terkait jati dirinya, pekerjaan
apa yang cocok dengannya. Hingga ia menyadari bahwa dia tidak suka diperintah
dan lebih suka memberi perintah, maka dari itu merupakan awal dia tidak ingin
menjadi seorang karyawan. Maka dari itu, dia mulai menekuni sebagai wirausaha.
Dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan inovasi-inovasi yang cemerlang,
dan juga merupakan pengambil keputusan, yang menjadikannya sebagai seorang
wirausaha.
C. Bisnis Ditempat Kerja
Pelaku bisnis menyusun prioritas
dalam sasaran-sasaran karier, dan hasil yang di inginkan diharapkan berkaitan
dengan tujuan yang dapat diukur dan berarti. Sasaran ini bersifat menantang,
memberi motivasi kepada pelaku usaha untuk berlajar dan berkembang dalam
karier. Pelaku usahan akan belajar paling baik, jika melakukan hal-hal yang
menarik minat dan mempunyai ikatan pada tujuan tetentu, menimbang sifat-sifat
pribadi sesuai dengan kondisi pelaku usaha. Rangkaian pertanyaan berikut
memberikan petunjuk tentang kemampuan pelaku usaha.
Tabel
2.2
Kemampuan
Wirausaha Pelaku Usaha “Master Brownies”
PERTANYAAN
|
YA
|
TIDAK
|
Pekerjaan
diri pelaku bisnis menghendaki percaya pada diri sendiri.
|
V
|
|
Pelaku
bisnis mempunyai motivasi diri untuk mencapai tujuan.
|
V
|
|
Pelaku
bisnis dapat bekerja dengan orang lain.
|
V
|
|
Pelaku
bisnis mengambila peran kepemimpinan dalam suatu kelompok
|
V
|
|
Pelaku
bisnis memanfaatkan kesempatan untuk meluaskan pengetahuan dengan mengikuti
kursus maupun pendidikan
|
V
|
|
Pelaku
bisnis dapat berkomunikasi baik dengan orang lain
|
V
|
|
Pelaku
bisnis pendengar yang baik
|
V
|
|
Prestasi
pelaku bisnis menunjukkan ada perkembangan secara personal dan profesional
|
V
|
|
Pelaku
bisnis memiliki citra diri yang positip
|
V
|
|
Tujuan
yang ingin di capai merupakan tantangan
|
V
|
|
Pelaku
bisnis mampu membuat keputusan dengan mudah
|
V
|
|
D. Sikap Karir
Pelaku
bisnis mempunyai kemampuan tertentu yang
dapat diterapkan pada sejumlah karir. Faktor-faktor berikut membantu pelaku
usaha dalam mengembangkan sikap kewirausahaan pada karir.
1. Pilih
karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatif
dan memungkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh
kemampuan dan bakat diri sendiri.
Dalam
aspek ini, pelaku memilih karir sebagai wiraswasta dengan usahanya food and beverage dengan label “MASTER BROWNIES”
2. Apabila
memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya mencontoh usahawan yang
berhasil dalam bidang sejenis.
Dalam
aspek ini, pelaku usaha masih mencari strategi-strategi untuk dapat
mengembangkan bisnisnya lebih lanjut lagi. Usahanya ini bisa dengan melakukan
seminar-seminar tentang bisnis, sharing
dengan pebisnis juga akan menambah banyak pengalaman dan materi tentang dunia
bisnis itu sendiri.
3. Diperlukan
pengetahuan sebanyak mungkin tentang karir yang telah dipilih.
Dalam
aspek ini, pengetahuan ini didapatkan oleh pelaku ketika menembuh pendidikan
akademik melalui sekolah dan kuliah, lalu selain itu pelaku juga sering
mengikuti berbagai seminar tentang bisnis dan sharing dengan pebisnis lainnya.
4. Tingkatkan
kemampuan diri secara terus-menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang
kedepan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
Dalam
aspek ini, tidak henti-hentinya pelaku usaha ”Master Brownies” untuk tetap
mencari ilmu, mulai dala mmengikuti forum maupun membaca buku-buku.
5. Semua selalu berubah, berarti pelaku
usaha mampu melakukan berubah.
Dalam
aspek ini, pelaku usaha “Master Brownies” selalu melakukan inovasi-inovasi baru
demi mengikuti arus permintaan pasar.
6. Berorientasi pada tindakan, mampu
mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang mengantar pada sukses
masa depan.
Dalam
aspek ini, pelaku usaha “Master Brownies” selalu mencari peluang-peluang dari
sesuat u yang tidak terduga menjadi
suatu ide yang bagus. Misalnya saja, awal penciptaan produk ini yang didasari
rendahnya minat dan daya jual sayuran.
7. Memiliki
kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan
kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan
kekuatan untuk mengatasi kelemahan.
Dalam
hal ini, pelaku usaha “Master Brownies” melakukannya dengan analisa SWOT.
8. Penampilan
diri mempengaruhi citra diri sendiri, apabila tampil baik akan merasa baik
juga.
Dalam
aspek ini, pelaku bisnis selalu menjaga sikap dan penampilan dirinya, di rumah
maupun di luar rumah. Penampilan yang baik tentu membawa citra yang baik pula.
9. Mengambil
keputusan merupakan suatu ciri utama dari pelaku usaha yang berhasil.
Pelaku
usaha selalu membuat keputusan dengan mempertimbangkan dari segala aspek yang
berpengaruh.
10.
Jalani hidup pada masa sekarang dan
jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan di masa lalu.
Dalam
aspek ini, pelaku usaha tidak mengungkit-ungkit kesalahan yang lalu, dia
jadikan bahan pembelajarn untuk mendapat hasil yang baik di masa sekarang
maupun nanti.
E.
Sikap
Mental
Pelaku usaha memiliki
pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan
cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat. Dalam aspek ini, pelaku usaha
“Master Brownies” memiliki sikap mental yang bagus. Dia mampu memisahkan antara
kepentingan dan urusan pribadi dengan urusan bisnisnya. Dia juga mampu
melihatdan menganalisis situasi dan kondisi, kapan dan bagaimana dia akan
menentukan sikapnya terkait urusan pribadi dan urusan bisnisnya.
F.
Perilaku
Positif
Perilaku individu pada dasarnya
membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap, perilaku usaha menggunakan sikap
untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada
kegiatan, kejadian dan atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai
segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari
hikmah dari pengalaman.
Dalam aspek ini, pelaku usaha “Master
Brownies” memiliki perilaku yang positif. Hal ini dapat dibuktikan, aktifnya
dia di beberapa forum kemasyarakatan dan komunitas positif lainnya. Hal ini
akan menunjang pencapaiannya dalam tujuan bisnis.
G. Kebiasaan dan Sikap
Pelaku usaha “MASTER BROWNIES”
memiliki kebiasaan dan sikap selalu taat kepada ajaran agama. Kebetulan agama
yang dianut oleh pelaku usaha adalah agama Islam, maka dia melaksanakan rukun
islam dan juga rukun iman.
Bangun subuh dengan ucapan
alhamdulillah sebagai ucapan syukur berkat masih diberi kenikmatan dan
bismisllah sebagai mengawali harinya. Prinsip utama si pelaku bisnis adalah
lakukan semuanya karena Allah SWT, karena sesuatu apapun yang berat akan terasa
ringan.
Ajaran islam tentang dunia bisnis
juga sudah tercemin dalam kisah Nabi Muhammad dan Siti Khadijah pula. Lalu, si
pelaku usaha MASTER BROWNIES ini mengadaptasi perilaku dan kebiasaannya dalam
memulai dunia bisnisnya.
2.3 RISIKO USAHA
A.
Kondisi
Berisiko
Faktor utama risiko bisnis dimana
depan adalah faktor kompetitif, dan penulis disini dapat menganalisa hal
tersebut menggunakan SWOT:
1.Strength
(Kekuatan)
Untuk bisnis master brownies itu
sendiri masih memiliki peluang besar untuk menarik perhatian para konsumen
karena untuk pesaing nya sendiri masih belum banyak yang membuka usaha kue
brownies berbahan dasar sayuran. Jadi untuk memperoleh keuntungan besar sangat
memungkinkan dari bisnis master brownies ini.
2.Weakness
(Kelemahan)
Master brownies ini tidak dapat
bertahan lama karna pengolahan nya tidak menggunakan bahan kimia atau bahan
pengawet. Hanya berbahan dasar alami. Jadi kue ini hanya dapat bertahan sekitar
seminggu.
3.Oppurtinity
(Peluang)
Peluang yang ada dalam bisnis master
brownies ini antara lain: Bahan baku yang mudah didapatkan. Manfaat sayur mayur
yang beranekaragam.Kandungan sayuran sangat banyak, terdiri dari mineral,
vitamin, karbohidrat, serat, protein, lemak, dan lain-lain, sehingga apabila
orang hanya mengonsumsi sayuran saja, sudah tercukupi secara minimal gizinya.
Sayuran dengan mudah
dapat dicerna, dan bagus untuk kesehatan tubuh.Karena manfaat-manfaat tersebut
sayuran banyak disukai oleh berbagai kalangan, namun untuk anak-anak sendiri
kurang meminatinya. Maka dari itu, master Brownies ini akan membuat anak-anak
lebih menyukai makan sayuran dengan invoasi berbeda. Selain itu, lokasi yang
strategis, Master brownies yang terletak ditempat-tempat strategis di kota
Kudus.
4.Threath
(Ancaman)
Banyak pesaing bisnis brownies yang saat ini jauh
lebih terkenal dan lebih dikenal oleh masyarakat luas
Perilaku
pengambilan risiko di “MASTER BROWNIES”:
1. Pengambilan
risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting
dalam mengubah ide menjadi realitas.
Seiring berkembangnya usaha, maka
risiko pesain dan kompetitor pasar semakin banyak. Hal tersebut tentu membuat
produk rawan ditiru atau diplagiat oleh oang lain(pesaing). Ada beberapa
pesaing yang ingin meniru produk kita. Entah mulai penggunaan merk dagang yang
hampir mirip, inovasi produk dan rasa, dan lain sebagainya.
2.
Pengambilan risiko berkaitan dengan
kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri
sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari
keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat
orang lain sebagai risiko.
Semakin
besar kepercayaan diri pelaku usaha, maka dia semakin besar keputusan dalam
pengambilan risikonya, karena dia percaya bahwa dirinya mampu melewati
rintangan dan sanggup menerima apapun risiko dari keputusannya tersebut. Dalam
konteks ini, si pelaku usaha “MASTER BROWNIES” memiliki kepercayaan diri di
tingkat belum terlalu puncak. Dia merupakan pebisnis awal jadi, masih terdapat
kekhawatiran dalam dirinya dalam melangkah jauh ke depan. Namun, dia optimis
setiap keputusannya akan berhasil. Adapun dia sebelum mengambil keputusan,
tentu memperhitungkan beberapa hal yang berkaitan, sehingga keputusannya akan
menjadi keputusan yang terbaik.
3.
Pengetahuan realistik mengenai
kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan
pada situasi yang dapat pengaruhi hasil.
Pelaku
usaha “master brownies” memiliki kemampuan pengetahuan realistik, dimana dia
mampu mengenali dirinya sendiri, terkait kemampuan fisik, psikis, maupun
financial. Maka dari itu, hal tersebut juga akan dipertimbangkannya dalam
pengambilan keputusan dan menerima konsekuensi atau risiko yang mungkin terjadi
karena keputusannya tersebut.
B.
Keputusan
Risiko
Keputusan
pengambilan risiko pelaku usaha “MASTER BROWNIES”:
1.
Untuk masalah terstruktur atau
masalah-masalah yang sering terjadi setiap periodenya. Misalnya saja, pembelian
bahan baku brownies, penggajian karyawan, dll. Untuk mengambil keputusan ini,
pelaku usaha sudah memiliki catatan tersendiri dalam mengambil keputusannya.
Untuk jangka panjang, kepala usaha master brownies mempercayakan kepada
tiap-tiap kepala bagian terkait keputusan yang sebelumnya sudah disahkan atau
diketahui oleh kepala usaha.
2.
Untuk masalah yang tidak terstruktur dan
biasanya dalam keadaan krisis atau tidak seperti biasanya. Misalnya saja, toko
sepi pelanggan, kebijakan pemerintah, dll. Untuk mengambil keputusan dalam
menghadapi masalah ini, pelaku usaha melakukan koordinasi dengan seluruh kepala
devisi untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif lain dalam pengambilan
keputusannya.
C.
Kembangkan
Ide
Usaha MASTER BROWNIES ini
membuat inovasi sayuran yang sebagian besar rasanya kurang diminati oleh
masyarakat luas. Dengan inovasi tersebut, banyak manfaatnya bagi tubuh manusia
yang terkandung dalam sayuran. Dibuatnya master Brownies ini sebagai
alternative menikmati sayuran yang kurang enak, sehingga dapat dinikmati dengan
perpaduan coklat dalam Brownies yang lebih nikmat.
Selain dari segi yang menyehatkan,
makanan inovatif healt-modern ini
juga akan menjadi makanan unik yang berpeluang menarik perhatian konsumen.
Adapun Jenis dan macam-macam
produk:
1.
Master Brownies rasa Jagung
2.
Master Brownies rasa Labu
3.
Master Brownies rasa Wortel
4.
Memungkinkan terdapat
inovasi baru lainnya.
D.
Delegasikan
Wewenang
Pemilik usaha “MASTER BROWNIES” selalu
percaya pada setiap karyawannya. Usahanya dibangun atas dasar kepercayaan antar
sesama. Usaha tersebut tidak dapat berjalan juga tanpa adanya karyawannya, maka
dari itu terkait tugas dan wewenang, dia selalu percaya kepada karyawan.
Jika pemilik tidak sedang berada di
tempat usaha, maka yang wewenangnya akan didelegasikan kepada setiap kepala
devisi dan bertanggung jawab atas karyawan dibawahnya. Namun, selepas dari itu
sebenarnya pemilik usaha tetap percaya kepada tiap personal karyawan
E.
Melaksanakan
Perubahan
Usaha “Master Brownies” ini bersifat fleksibel.
Selalu melakukan perubahan seiring mengikuti arus perubahan dari pasar. Usaha
tidak akan berjalan jika pada titik yang tetap, tanpa adanya inovasi-inovasi
baru. Maka dari itu, usaha “Master Brownies” ini terus melaksanakan
perubahan-perubahan yang lebih baik lagi. Melakukan inovasi-inovasi baru
terkait rasa, suasana outlet, segi pemasaran, dan lain sebagainya. Pada usaha
ini menerapkan bahwa konsep usaha mengikuti arus pasar tanpa menyampingkan ciri
khas dari usaha “MASTER BROWNIES”.
F.
Evaluasi
Risiko
Dalam
mengevaluasi risiko, maka dibutuhkannya data kuantitatif untuk mengukur
seberapa efektif dan efisien terkait pengambilan keputusan yang sudah pernah
dilakukan. Misalnya saja, dalam tingkat keberhasilan usaha yang ditunjukkan
dalam laporan laba rugi di bawah ini:
PROYEKSI
LABA RUGI
|
||||||
MASTER
BROWNIS
|
||||||
(Dalam
satuan Rupiah)
|
||||||
PENDAPATAN PENJUALAN
|
1,050
|
X
|
30,000
|
31,500,000
|
||
BIAYA BIAYA
|
||||||
-BIAYA BAHAN BAKU
|
15,300,000
|
|||||
-BIAYA VARIAN RASA
|
5,550,000
|
|||||
-BIAYA PENDUKUNG
|
5,220,000
|
|||||
-BIAYA LAIN LAIN
|
3,800,000
|
|||||
TOTAL BIAYA
|
|
|
||||
LABA KONTRIBUSI
|
1,630,000
|
|||||
BIAYA TETAP (/BULAN)
|
|
|||||
LABA BERSIH
|
|
|
|
1,182,264
|
(Dalam
satuan Rupiah)
KETERANGAN
|
BULAN I
|
BULAN II
|
BULAN III
|
|
|
|
|
LABA
KOTOR
|
31,500,000
|
31,500,000
|
36,000,000
|
|
|
|
|
BIAYA
TETAP
|
447,736
|
447,736
|
447,736
|
|
|
|
|
BIAYA
BAHAN BAKU
|
15,300,000
|
15,300,000
|
16,300,000
|
|
|
|
|
BIAYA
VARIAN RASA
|
5,550,000
|
5,550,000
|
6,500,000
|
|
|
|
|
BIAYA
PENDUKUNG
|
5,220,000
|
5,220,000
|
6,000,000
|
|
|
|
|
BIAYA
LAIN - LAIN
|
3,800,000
|
3,800,000
|
4,200,000
|
|
|
|
|
TOTAL
BIAYA
|
30,317,736
|
30,317,736
|
33,447,736
|
|
|
|
|
LABA
BERSIH
|
1,182,264
|
1,182,264
|
2,552,264
|
|
|
|
|
Dalam tabel tersebut dapat
diperkirakan bahwa laba pada bulan pertama sebesar Rp. 1,182,264, begitu juga bulan kedua produksi. Hal tersebut dikarenakan,
pada tahap ini adalah tahap awal usaha untuk memperkenalkan produk ke konsumen
luas. Sedikit masyarakat yang tahu akan produk tersebut, maka proyeksinya
demikian.
Lalu,
pada bulan ketiga diprediksikan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp.
2,552,264. Pada bulan ketiga mengalami kenaikan laba dikarenakan, pada masa ini
masyarakat luas mulai mengetahui tentang produk tersebut. Dibantu dengan
pemasaran yang baik, maka produk tersebut semakin mudah dikenal di masyarakat
luas, sehingga memungkinkan jika laba bersih usaha akan naik.
Prediksi
hanya dibuat dalam 3 bulan pertama, selanjutnya bulan-bulan berikutnya
diharapkan laba bersih usaha akan mengalami peningkatan, meskipun sebenarnya
terdapat beberapa faktor yang memungkinkan pasang surut usaha. Namun,
diusahakan untuk dapat menjaga kestabilan arus keuangan dari usaha tersebut.
Dan hal ini tentu merupakan dampak dari keputusan yang diambil di waktu
sebelumnya. Untuk menjaga kestabilan arus keuangan ini, maka dibutuhkannya
evaluasi-evaluasi terkait ketenagakerjaan, pemasaran, dan lain sebagainya.
G.
Pengambilan
Risiko
Pelaku usaha “MASTER BROWNIES” memiliki tipe
melakukan musyawarah terlebih dahulu sebelum mengambil suatu risiko dari suatu
keputusan. Dia sering melakukan rapat-rapat terkait suatu masalah dan
mempertimbangkan alternatif-alternatif lain yang mungkin terjadi. Biasanya
pelaku usaha ini, sebelum berani mengambil risiko dari keputusannya, maka ia
melakukan hal-hal di bawah ini:
1.
Mengidentifikasi masalah. Setelah
masalah sudah teridentifikasi lalu, melakukan riset di lapangan terkait kondisi
yang sebenarnya terjadi.
2.
Perancangan. Pada aspek ini, pelaku
usaha ini merancangkan bersama kepala bagian terkait perancangan dan menyusun
beberapa alternatif yang kemungkinan terjadi dari keputusannya. Mulai dari
keuntungan maupun risikonya. Semuanya dibahas disini.
3.
Pemilihan. Disini pelaku usaha
melibatkan karyawannya dalam pemilihan keputusan yang berakibat pada risiko
yang akan terjadi.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
MASTER BROWNIES merupakan inovasi baru yang berupa olahan dari
sayuran menjadi sebuah kue Brownies yang dicampur dengan beberapa bahan-bahan
pilihan.Dengan produk ini, diharapkan mampu memperpanjang umur dari sayuran itu
sendiri tanpa mengurangi khasiatnya.Selain itu juga, mampu meningkatkan daya
minat dan daya jual terhadap produk tersebut.
Selain itu, pengimplementasian konsep usaha “MASTER BROWNIES” sudah
baik. Dimulai dari konsep wirausaha, jiwa kewirausaha, dan resiko usaha. Semua
itu sudah dianalisis oleh calon pelaku usaha.
4.2 Saran
Penerapan teori kewirausahaan di “MASTER BROWNIES” sudah bagus juga
di dalamnya menyangkut visi dan misi perusahaan yang jelas, namun jika
penerapan tersebut tidak selalu diperbarui seiring berkembangnya lingkungan
eksternal maupun internal maka, keefektifannya akan berkurang. Maka dari itu,
untuk menjaga keefektifan dari fungsi manajemen yang sudah diterapkan alangkah
baiknya, jika MASTER BROWNIES juga meng-upgrade
inovasi-inovasi dan kreatifitas lainnya sesuai memenuhi kebutuhan pasar.
Lampiran I
DAFTAR
PUSTAKA
Lestari,
Dewi. 2017. PROPOSAL USAHA KECIL MENENGAH “MASTER BROWNIES”. http://dewiwil.blospot.co.id/2017/04/proposal-usaha-kecil-menengah-master-brownies.html.
(diakses pada April 2017).
Sukirman.
2014. KEWIRAUSAHAAN (KASUS DAN IMPLEMENTASI). Galaksi Nusindo: Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar