DEWI LESTARI

Labels

Kamis, 27 April 2017

ANALISA PROPOSAL USAHA KECIL MENENGAH “MASTER BROWNIES”

ANALISA PROPOSAL USAHA KECIL MENENGAH
“MASTER BROWNIES”
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Dr. Drs. Sukirman S.Pd., S.H., MM







Disusun Oleh:
Nama  : Dewi Lestari
NIM    : 201511312
Kelas   : EKM214-D
 

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN 2016/2017


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Analisa Proposal Usaha Kecil Menengah ini dengan baik.
            Penulisan proposal ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan di Universitas Muria Kudus Jurusan Manajemen.
            Dalam memenuhi persyaratan tersebut penulis mencoba membuat makalah yang berjudul “Analisa Proposal Usaha Kecil Menengah (MASTER BROWNIES)”.
            Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan sebab pengetahuan dan pengalaman yang di miliki penulis terbatas, cukup banyak tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun proposal ini.
            Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
           

Kudus, April 2017
Penulis


RINGKASAN
Wirausaha merupakan orang yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, selain itu dia bahkan mampu menyerap tenaga kerja di lingkungannya. Sehingga, hal ini dapat meminimalkan angka pengangguran setempat, yang berdampak semakin berkurangnya angka kriminalitas. Selain profit, dia juga berguna bagi lingkungan sosialnya.
Sebelum terjun menjadi seorang wirausaha, maka seseorang diharuskan memiliki jiwa wirausaha itu sendiri. Mulai berlatih atau memang sudah dilatih menjadi seorang wirausaha namun, seorang wirausaha juga wajib belajar di lingkungan formal maupun informal. Karena ilmu nanti sangat dimanfaatkan dalam praktiknya.
Sebagai seorang wirausaha maka, ia juga harus mengerti tentang resikonya. Resiko dari setiap keputusan yang dibuatnya akan berdampak bagi usahanya di masa mendatang.
Salah satu contoh berwirausaha yaitu dengan mendirikan usaha brownies. Dimana saat ini brownies sangat digemari oleh segala segmentasi pasar. Tidak ada batasan khusus terkait umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Maka dari itu, disini penulis berusaha menganalisa proposal usaha kecil menengah “Master Brownies”. Usaha ini dirasa cukup kreatif untuk menembus pangsa pasar yang besar. Dikarenakan brownies yang dibuat merupakan olahan dari sayuran.

 (Kata kunci: wirausaha, usaha, master brownies)

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................   i
KATA PENGANTAR........................................................................................................   ii
RINGKASAN....................................................................................................................   iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................   iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang..............................................................................................................   1
1.2  Rumusan Masalah..........................................................................................................   2
1.3  Tujuan............................................................................................................................   3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Wirausaha...................................................................................................................... 4
2.2 Jiwa Wirausaha.............................................................................................................. 6
2.3 Resiko Usaha................................................................................................................. 12
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1 Penerapan Teori Wirausaha ke dalam Kasus................................................................. 21
3.2 Penerapan Teori Jiwa Wirausaha ke dalam Kasus......................................................... 23
3.3 Penerapan Teori Resiko Usaha ke dalam Kasus............................................................ 27
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 33
4.2 Saran................................................................................................................................ 33
LAMPIRAN.......................................................................................................................   34




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian Wirausahawan ( enterpreneur ) diperoleh dari berbagai buku maupun kamus, Kurotku dan Hodgetts (2001) menyatakan bahwa entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entrepreneur yang berarti mengambil pekerjaan ( to undertake ). Konsep mengenai entrepreneur adalah sebagai berikut: The entrepreneur is one who undertake to organize, manage, and asume the risk of a bussines.
Konsep ini memberikan arti bahwa usahawan merupakan seseorang yang bertindak membuat organisasi, mengelola, dan menentukan resiko sebuah bisnis. Berdasarkan konsep tersebut, resiko yang terjadi dalam sebuah bisnis diambil oleh yang melakukan bisnis.
Zimmerer dan Scarborough ( 2005) memberikan konsep wirausahawan sebagai berikut: An entrepreneur is one who creates a new bussines in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifiying significant oppurtunities and assembling the necerssary resource to capitalize on them.
Konsep tersebut menceritakan bahwa wirausahawan merupakan sesorang yang menghadapi risiko dimasa yang mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha.
Berdasarkan kedua konsep disebutkan bahwa entrepreneur merupakan tindakan seseorang yang berani menanggung resiko sebuah bisnis, adanya pertumbuhan bisnis, hasilnya akan meningkatkan kapitalisasi perusahaan. Entrepreneur mempunyai 4 karateristik yaitu:
1.        Menjalankan sebuah bisnis yang mempunyai kemungkinan menghasilkan keuntungan.
2.        Berani menanggung dan menerima risiko bisnis tersebut di masa-masa mendatang.
3.        Bisnis yang sedang ditekuni akan mempunyai kesempatan bertumbuh dan,
4.        Perusahaan akan membuat inovasi dan terjadi kapitalisasi bisnis tersebut.
Berbagai pihak menyatakan bahwa entrepreneur dihubungkan dengan inovasi karena tindakan bisnis yang dihasilkan bisa unik dan mempunyai inovasi tinggi. Inovasi tersebut akan mengandung risiko pada hasil atau pada awal memulai bisnis.
Pelaku usaha merupakan individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi mengambil risiko dalam mengejar tujuan.
                 Terkait jiwa kewirausahaan, jiwa tersebut harus dimiliki dan dikembangkan jika ingin menjadi pelaku usaha yang baik. Seluruh sifat-sifat belum tentu dimilik, semakin banyak yang dimiliki, semakin besar kemungkinan menjadi wirausaha yang baik. Kebanyakan ciri jiwa wirausaha antara yang satu dengan lainnya berhubungan. Contoh, individu mempunyai keyakinan untuk menerima tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan, bersedia mengambil resiko dan menjadi pemimpin. Terdapat wirausaha yang tidak memenuhi kesembilan belas sifat jiwa wirausaha atau satu dari yang lain, ada yang sombong, terlalu ideal, bersifat hangat dan bershabat, serta ada yang menarik diri dan pemalu. Pengukuran berdasarkan sifat pribadi dan keterampilan, maka sebagai kelompok pelaku usaha, para wirausaha sengat berbeda dari bukan wirausaha.
Sedangkan resiko juga tidak lepas dari perbincangan wirausaha. Wirausaha menyukai risiko realistik karena ingin berhasil : mendapatkan kepuasan besar dalam melaksanakan tugas yang sukar tetapi realistik dengan menerapkan keterampilan-keterampilan yang dimiliki, sehingga risiko kecil dan tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak terdapat pada situasi itu. Berarti wirausaha menyukai tantangan yang sukar ytetapi dapat dicapai.
Semakin bertambah besarnya perusahaan, maka bertambah banyak persoalan yanga akan dihadapi. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan menghendaki bahwa pelaku usaha tidak takut mengambil keputusan dan bersedia menerima risiko tertentu. Sebagian pengusaha merasa takut mengambil risiko karena ingin aman dan mengelak kegagalan, tetapi semua tahap pekerjaan mengandung risiko, dimana merupakan bagian dari kegiatan pelaku usaha. Wirausaha bekerja di bawah tekanan dan kondisi pengambilan risiko dan harus mengerti bahwa kemungkinan gagal selalu ada.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan dalam makalah kali ini, antara lain:
1.      Bagaimana analisa proposal usaha kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait wirausahawan?
2.      Bagaimana analisa proposal usaha kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait jiwa wirausahawan pelaku usaha tersebut?
3.      Bagaimana analisa proposal usaha kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait resiko usaha tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah kali ini, antara lain:
1.      Menganalisa dan menerapkan teori ke dalam proposal usaha kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait wirausahawan.
2.      Menganalisa dan menerapkan teori ke dalam proposal usaha kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait jiwa wirausahawan pelaku usaha tersebut.
3.      Menganalisa dan menerapkan teori ke dalam proposal usaha kecil menengah (MASTER BROWNIES) terkait resiko usaha tersebut.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 WIRAUSAHAWAN
A.    Risiko dan Karateristik
Landau ( 1982) mengusulkan dari risiko yang dibawa ( risk bearing ) dengan karateristik inovasi membuat sebuah dasar klasifiksi entrepreneur. Hubungan tersebut sebagai berikut :
Gambler
Entrepreneur
Consolidator
Dreamer


                       
Gambler merupakan entrepreneur juga, tetapi selalu mempunyai karateristik inovasi yang rendah dan risiko yang besar. Dreamer ( pemimpi ) adalah entrepreneur yang mempunyai inovasi tinggi, tetapi hanya menerima risiko yang rendah.  Consolidator adalah entrepreneur yang hanya bisa menerima risiko rendah dan karateristik inovasi rendah. Entrepreneur adalah seorang yang mempunyai karateristik inovasi tinggi dan risiko yang dihadapi atau dibawahnya juga tinggi.
Kuratko dan Hodgetts ( 2001 ) menyebutkan ada 10 karateristik dari entrepreneur yaitu :
1.         Entrepreneur adalah pelaku bukan pemikir.
2.         Entrepreneur dilahirkan, bukan dibuat atau diciptakan.
3.         Entrepreneur selalu menjadi penemu  / pencipta sesuatu.
4.         Entrepreneur adalah akademis dan tidak bisa menyesuaikan dalam masyrakat.
5.         Entrepreneur harus memenuhi  the profile
6.         Kebutuhan entrepreneur adalah uang.
7.         Kebutuhan entrepreneur adalah keberuntungan
8.         Ketidaktahuan merupakan kebahagian bagi entrepreneur
9.         Entrepreneur menginginkan keberhasilan tetapi pengalaman menyatakan tingkat kegagalan cukup tinggi.
10.     Entrepreneur adalah sangat pengambil risiko.
Karateristik ini sangat memberikan pandangan kepada semua pihak bahwa entrepreneur selalu membawa resiko dan inovasi. Kao ( 1991 ) menyeutkan ada 11 karateristik entrepreneur yaitu :
1.         Total komitmen, penentu, dan melindungi.
2.         Dorongan untuk mendapatkan dan bertumbuh.
3.         Orientasi kepada kesempatan dan tujuan.
4.         Mempunyai inisiatif dan tanggung jawab personal.
5.         Pemecah persoalan secara terus menerus,
6.         Memiliki realisme dan dapat bercengkrama ( humor )
7.         Selalu mencari dan menggunakan umpan balik ( feedback)
8.         Selalu berfokus pada internal.
9.         Menghitung dan mencari resiko.
10.     Kebutuhan yang kecil untuk status dan kekuasaan.
11.     Memiliki integitas dan reliabilitas.
Sukardi ( 1991 ) menemukan ada 9 karateristik tingkah laku wirausahawan yaitu :
1.         Sifat instrumental
2.         Sifat prestasi
3.         Sifat keluwesan bergaul
4.         Sifat kerja keras
5.         Sifat keyakinan diri
6.         Sifat pengambil resiko
7.         Sifat swakendali
8.         Sifat kemandirian
Berdasarkan karateristik entrepreneur yang dikemukakan oleh ketiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa entrepreneur harus memiliki motivasi kerja keras, mempunyai jaringan ( network ), inovasi, dan keinginan bertumbuh, serta pengambil resiko. Kondisi ini menunjukan bahwa para entrepreneur menemui tekanan ( stress ) setiap inovasi yang dikerjakan. Tekanan tersebut bersumber dari berbagai kejadian, menurut Boyd dan Gumpert ( 1983 ) bahwa sumber tekanan dapat diidentifikasi dari 4 penyebab yaitu : kesepian, terbenam dalam bisnis yang dikerjakan, persoalan-persoalan manusia ( pegawai ), dan kebutuhan akan keberhasilan atau tercapai.

B.     Mengatasi Tekanan
Mengantisipasi tekanan enterpreneur harus bisa berhasil, supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kebiasaan mengatasi tekanan dilakukan para enterpreneur seperti melakukan meditasi, melemaskan otot dengan olahraga, mencari hiburan, dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yang perlu dikerjakan agar tekanan teratasi, yaitu:
1.         Menciptakan networking : kesepian yang dihadapi dilakukan dengan menciptakan hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permasalahan yang dihadapi.
2.         Keluar dari persoalan secara total : pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan enterpreneur melepaskan semua pekerjaan dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran.
3.         Berkomunikasi dengan pekerja : enterpreneur mau membuka pintu dan berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu enterpreneur dalam menghadapi persoalan.
4.         Menciptakan kepuasan di luar perusahaan : enterpreneur dapat melakukan kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatkan kepuasan sehingga bisnis yang dikerjakan tidak menjadi persoalan.
5.         Pendelegasian : enterpreneur harus bisa mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
Seluruh uraian tersebut memberikan penjelasan tentang enterpreneur termasuk stress yang dihadapi. Inovasi dan resiko serta keinginan berkembang merupakan karakteristik utama dari enterpreneur.
2.2 JIWA KEWIRAUSAHA
A.    Ideologi Wirausaha
      Keberhasilan pelaku usaha tergantung pada kesediaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri, belajar tentang diri sendiri untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan keinginan dalam menjalani hidup. Kekuatan datang dari tindakan diri sendiri dan buka dari diri oranglain. Resiko kegagaln selalu ada, pelaku usaha mengambil resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman. Wirausaha berhasil setelah mengalami kegagalan, berdasarkan dari pengalaman masa lampau membantu menyalurkan kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasilan merupakan buah dari usaha yang tidak mengenal kata lelah.
      Capaian tujuan yang berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan. Terima diri sendiri, tekankan kekuatan-kekuatan serta kurangi kelemhan, jujur dan agresif dalam mengejar tujuan, dipastikan mencapai hasil yang positif. Berorientasi pada tujuan mendorong munculnya sifat muda yang paling baik. lakukan hal yang penting dan mampu untuk dikerjakan.
      Mencapai kesempurnaan merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi wirausaha pada umumnya. Hasil yang diterima lebih penting dari hasil yang sempurna. Berusaha mencapai suatu hasil secara sempuna untuk satu tujuan dalam jangka waktu yang terlalu lama hanya akan menghambat perkembangan dan pertumbuhan pribadi.
B.     Jati diri Wirausaha
      Manusia adalah individu yang unik, mempunyai pengalaman masa lampau yang berbeda-beda, hidup dalam situasi berlainan, mempunyai ikatan dan tanggung jawab berlainan, dan mempunyai tujuan hidup yang berlainan. Pengalaman seseorang pelaku usaha cukup luas dan beragam serta dapat menentukan situasi kehidupan yang sekarang. Wirausaha saling meniru antara satu dengan yang lain, yang tua dan identifikasi mendekati model peranan akan menghasilkan sikap dan keterampilan lebih mumpuni.
      Pekerjaan, kondisi keluarga, keuangan serta faktor-faktor lain menentukan sikap dalam melakukan usaha. Pelaku bisnis mempunyai berbagai kewajiban dan ikatan terhadap diri sendiri dan orang lain termasuk istri, keluarga, atasan atau karyawan, apabila ikatan dan kewajiban di luar pekerjaan terlalu banyak, akan mengalami kesulitan berkelakuan sebagai wirausaha. Merencanakan masa depan bersifat realistik dalam menentukan diri sendiri yang dapat dan tidak dapat diubah. Pengalaman masalalu membantu memahami lebih baik situasi yang ada sekarang.
     Wirausaha mempunyai tujuan dan harapan tertentu, semakin jelas tujuan semakin besar kemungkinan tercapai, dan sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktivitas diri sendiri. Kunci utama bagi keberhasilan adalah keterlibatan dalam pertumbuhan pribadi secara terus menerus.
C.    Bisnis Ditempat Kerja
      Melakukan bisnis adalah suatu gaya hidup dan prinsip tertentu untuk mempengaruhi strategi karier. Berlakulah fleksibel, imaginatif, mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan dan tindakan untuk mencapai tujuan. Bersedia bekerja dalam keadan konflik, perubahan, dan keragu-raguan. Berartibahwa pelaku bisnis perlu menganalisis diri sendiri dalam hubungan dengan lingkungan tempat bekerja.
      Pelaku bisnis menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran karier, dan hasil yang di inginkan diharapkan berkaitan dengan tujuan yang dapat diukur dan berarti. Sasaran ini bersifat menantang, memberi motivasi kepada pelaku usaha untuk berlajar dan berkembang dalam karier. Pelaku usahan akan belajar paling baik, jika melakukan hal-hal yang menarik minat dan mempunyai ikatan pada tujuan tetentu, menimbang sifat-sifat pribadi sesuai dengan kondisi pelaku usaha. Rangkaian pertanyaan berikut memberikan petunjuk tentang kemampuan pelaku usaha.
D.    Sikap Karir
      Pelaku bisnis mempunyai kemampuan tertentu  yang dapat diterapkan pada sejumlah karir. Faktor-faktor berikut membantu pelaku usaha dalam mengembangkan sikap kewirausahaan pada karir.
1.      Pilih karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatif dan memungkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh kemampuan dan bakat diri sendiri.
2.      Apabila memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya mencontoh usahawan yang berhasil dalam bidang sejenis. Sekali mengerti teknik dalam mencapai sukses, gunakan untuk mengembangkan karir diri sendiri. Tidak dibenarkan meniru secara gelap, pusatkan perhatian pada aspek khusus dari pelaku usaha yang berhasil. Kembangkan  sifat positif melalui kegiatan sehari-hari.
3.      Diperlukan pengetahuan sebanyak mungkin tentang karir yang telah dipilih. Pengetahuan  tersebut sangat membantu menjadi ahli dalam jenis pekerjaan tersebut.
4.      Tingkatkan kemampuan diri secara terus-menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang kedepan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
5.      Semua selalu berubah, berarti pelaku usaha mampu melakukan berubah. Terima perubahan dan gunakan untuk memotivasi diri dalam mencapai tujuan atau sasaran yang lebih tinggi.
6.      Berorientasi pada tindakan, mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang mengantar pada sukses masa depan.
7.      Memiliki kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan  kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Terima kelemahan dan cari sumber daya lain untuk menyeimbangkan kekurangan.
8.      Susun kegiatan menjadi rutin agar mempunyai  banyak waktu untuk berwirausaha, gunakan sedikit tenaga, untuk kegiatan non-rutin menghendaki lebih banyak waktu dan tenaga. Keteraturan dan kerutinan dalam kehidupan sehari-hari, membuat pelaku bisnis mempunyai banyak waktu dan tenaga untuk kegiatan yang kreatif.
9.      Terimalah tanggung jawab secara pribadi untuk mensukseskan sesuatu kegiatan dari suatu keadaan
10.  Mampu menggabungkan sifat pribadi dari individu yang bekerja untuk diri sendiri dalam upaya mencapai hasil maksimum. Keberhasilan akan ditentukan oleh prestasi para karyawan.
11.  Mempunyai keyakinan pada diri sendiri maupun karyawan, yakin akan kemampuan staf dan hasil yang dicapai.
12.  Penampilan diri mempengaruhi citra diri sendiri, apabila tampil baik akan merasa baik juga. Penampilan menentukan positif atau negatif reaksi orang lain dari diri sendiri, pastikan berpenampilan yang menarik.
13.  Mengampil kepuasan merupakan suatu ciri utama dari pelaku usaha yang berhasil. Keputusan diambil dengan informasi dan fakta yang terbatas, jika situasi menghendaki agar mengambil keputusan, buat keputusan dan awasi keputusan untuk diterapkan.
14.  Jalani hidup pada masa sekarang dan jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan di masa lalu. Pandang kedepan untuk memberikan pengalaman yang menguntungkan dan memuaskan.
E.     Sikap Mental
      Pelaku usaha memiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat.
Saran berikut merupakan pengembangan sikap mental yang baik.
1.        Pelaku bisnis merupakan orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasi. Tunjukan sikap yang positif terhadap pekerjaan, karena sikap ini menentukan keberhasilan.
2.        Otak merupakan alat yang berdaya luar biasa, menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk memikirkan suatu kemungkinan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3.        Sebagai manusia membatasi pikiran pada problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakan Imajinasi untuk meluaskan pikiran dan coba berfikir  yang besar-besar. Pelaku usaha yang dapat melihat image besar adalah bersifat wirausaha dan merupakan calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
4.        Humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat, selalu serius dapat merugikan pekerjaan dan tidak sehat. menunjukkan rasa humor berpengaruh pada orang lain dengan jalan menyebarkan optimismedan suasan yang santai.
5.        pikiran harus terorganisasi dengan baik dan amampu memusatkan pada berbagai permasalahan. Mampu memindahkan perhatian dari satu permasalahan ke permasalahan lain dengan upaya yang minim.
F.     Perilaku Positif
Perilaku individu pada dasarnya membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap, perilaku usaha menggunakan sikap untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada kegiatan, kejadian dan atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dari pengalaman.
Sikap positif dapat dikembangkan dalam jangka waktu lama. Faktor-faktor berikut berguna bagi pelaku usaha dalam mengembangkan sikap positif.
1.      Pusatkan perhatian dan gunakan pikiran secara produktif.
2.      Pilih sasaran positif dalam bekerja.
3.      Bergaul dengan orang yang berpikir dan bertindak secara wirausaha. Cara berpikir dan ciri-ciri dari orang di sekitar berimbas pada diri sendiri.
4.      Jauhi pikiran dan ide negatif.
5.      Diri sendiri yang mengendalikan pikiran dan gunakan pikiran secara produktif.
6.      Selalu awas terhadap peluang-peluang untuk meningkatkan situasi, baik dalam kehidupan pribadi, kehidupan kerja maupun kehidupan masyarakat.
7.      Tinggalkan suatu ide jika tidak menghasilkan yang benar, lebih baik mengubah arah dari pada mengejar ide yang tidak akan berhasil secara memuaskan.
8.      Lingkungan mempengaruhi prestasi, apabila lingkungan tidak memenuhi kebutuhan diri wirausaha, ubah lingkungan atau pindah ke lingkungan lain yang lebih positif dan memungkinkan tercapai sasaran yang diinginkan.
9.      Percaya diri sendiri dan bakat, sukses datang bagi yang percaya pada kemampuan diri sendiri dan menggunakan kemampuan sepenuhnya.
10.  Hilangkan beban mental dengan mengambil tindakan. Pusatkan pikiran pada problem tertentu. Sekali mencapai keputusan, ambil tindakan untuk memecahkan persoalan. Usahakan konflik mental diselesaikan secepat mungkin.
Penelitian mutakhir menunjukan bahwa ciri pokok dari wirausaha berhasil adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dalam suasana stress. Mengelola dalam situasi stress yang terus menerus menghendaki keadaan fisik dan mental baik. Paling utama dalam menangani stress meliputi : perhatikan dalam makan dan minum, tidur dan istirahat yang cukup, tidak merokok, memisahkan yang penting dari yang “mendesak” dan dari yang “lain-lain” dimana harus dibuat dan mengutamakan menangani hal-hal yang penting dengan mengambil tindakan tidak berhenti pada rasa cemas. Siapkan rencana darurat untuk menangani apabila terjadi paling buruk, lebih baik, atau paling memungkinkan terjadi. Menghadapi stress, yang perlu diingat adalah menyediakan cukup waktu dan berusaha untuk bekerja sesuai dengan rencana.
G.    Kebiasaan dan Sikap
Perbuatan baik sulit diperoleh, tetapi sekali telah diperoleh merupakan harta yang paling utama. Eksekutif puncak telah menjadikan kebiasaan mulai bekerja pagi-pagi. Bangun dua atau tiga jam lebih dini dari orang biasa merupakan sebuah cara untuk menjadi lebih produktif, ini menghendaki usaha besar, dan tidak menyenangkan. Apabila pelaku usaha dapat membentuk kebiaan selama satu bulam setiap hari, akan menjadi kebiasaan. Menggunakan waktu dini secara produktif, membantu jika pada malam sebelumnya telah memutuskan bagaimana menggunakannya. Kondisi semacam ini akan membawa kebiasaan baik lainnya, merencanakan kegiatan penting hari berikut sebelum pergi tidur setiap malam.
Setelah satu bulan ingin mempertahankan kebiasaan yang baru di peroleh, kemungkinan besar bahwa kebiasaan itu yang baik dan memegang peranan penting dalam prestasi masa depan. Seandainya mengetahui bahwa diri sendiri yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan, seharusnya bersedia meninjau kembali kebiasaan-kebiasaan dalam hubungan dengan tujuan-tujuan masa depan. Kebiasaan baru perlu menggantikan kebiasaan lama agar ikut menunjang keberhasilan masa depan.
2.3 RISIKO USAHA
A.    Kondisi Berisiko
Kondisi berisiko terjadi apabila pelaku usaha supaya membuat pilihan dari dua alternatif atau lebih, yang mengakibatkan hasilnya tidak diketahui dan harus dinilai secara objektif. Kondisi semacam ini mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Semakin besar kemungkinan rugi semakin besar risiko yang dihadapi. Sebagai penentu keputusan risiko pelaku usaha harus mengambil keputusan dalam situasi penuh ketidakpastian, dengan menimbang kemungkinan sukses atau rugi. Pelaku usaha dapat memilih alternatif yang “mengandung risiko” atau alternatif “konservatif”, tergantung dari:
1.        Kemampuan daya tarik setiap alternatif
2.        Kesedian menerima kerugian
3.        Kemampuan menerima keberhasilan dan kegagalan
4.        Kemampuan meningkatkan keberhasilan dan mengurangi kerugian.
Ciri-ciri wirausaha saling berkaitan, terutama pada perilaku pengambilan risiko, beberapa kaitan itu antara lain:
1.        Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.
2.        Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat orang lain sebagai risiko.
3.        Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan pada situasi yang dapat pengaruhi hasil.
B.     Keputusan Risiko
Pengambilan keputusan risiko merupakan masalah yang paling utama dalam merealisasikan potensi pada diri  sendiri sebagai wirausaha. Pengalaman pengambilan risiko dalam hubungnan pribadi dengan anak, istri dan tetangga akan membantu mempeoleh pengalaman untuk menilai kemungkinan-kemungkinan pengambilan risiko seperlunya dan mengelakkan risiko yang kecil.
Pengambilan risiko dalam kehidupan melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa masa lalu, perhatian untuk msa depan, dan keinginan untuk hidup di masa sekarang. Apabila tidak bersedia mengambil risiko, maka tidak akan pernah dapat mewujudakan bakat dan kemampuan. Pertumbuhan pribadi dan profesional datang dari hidup di masa sekarang dan mengambil risiko yang perlu untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang.
Selaku pelaku usaha, harus sadar bahwa pertumbuhan datang dari pengambilan keuntungan peluang-peluang masa sekarang dalam kehidupan pribadi maupun bisnis dan pengambilan risiko untuk mencapai tujuan. Beberapa risiko penting adalah yang membawa belajar mengenai sesuatu yang baru tentang diri sendiri. Situasi-situasi yang mengandung risiko pribadi harus menantang kemampuan, jangan meremehkan nilai diri sendiri, karena dimungkinkan mampu mencapai lebih banyak dari yang di capai sekarang. Pengambilan risiko merupakan bagian penting dalam pertumbuhan pribadi, dan berguna dalam menjalankan kegiatan bisnis.
Menanggung risiko pribadi atas tindakan diri sendiri mengurangi ketergantungan pada orang lain. Wirausaha merupakan orang yang bertanggung jawab, karena mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk menentukan masa depan diri sendiri. Apabila orang lain menanggung risiko atas tindakan pribadi pelaku usaha, maka berarti peranan pribadi selaku pelaku usaha atas masa depan diri sendiri sangat lemah. Pribadi pelaku usaha tidak dapat hidup secara penuh karena tidak menanggung risiko atas perbuatan diri sendiri. Sesuatu yang salah dalam kehidupan diri sendiri, maka ini saat yang tepat untuk menanggung risiko demi perbaikan, jika tidak maka situasi akan semakin buruk, dan pemasalahan  semakin sukar dipecahkan.
Risiko timbul saat seseorang menerima tanggungjawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan, dan atas keputusan-keputusan iyulah maka bertanggungjawab mengatasi dengan keyakinan yang lebih besar untuk mengurangi risiko. Sulit memisahkan antara tujuan pribadi dengan tujuan bisnis karena perusahaan merupakan bagian dari hidup, jangan mengaambil risiko yang lebih besar dari yang dapat di tanggung, hal ini merupakan peringatan karena terdapat godaan untuk mempertaruhkan semua demi suatu gagasan.
Sebagai wirausaha jangan mengambil risiko yang tidak diperlukan, usahakan dapat menguasai emosi dan mengambil risiko jika keuntungan sama atau lebih besar dari risiko yang terkandung. Kegiatan utama adalah memutuskan apakah tujuan itu cukup penting untuk dapat membenarkan risiko atau tidak. Kondisi tertentu wirausaha menggunakan intuisi dan menilai tindakan mana saja yang mengandung risiko. Intuisi akan menentukan sejauh mana risiko dan hasil yang diperoleh. Faktor-faktor yang dapat terwujud namun penting adalah bakat, kemampuan, dan pengalaman diri sendiri.
C.    Kembangkan Ide
Risiko dan kreativitas merupakan dua ciri penting wirausaha, berusaha lebih kreatif, menjadi lebih sadar akan ide yang produktif. Apabila dapat memilih dari sejumlah ide-ide yang baik, maka lebih siap mengambil risiko yang perlu untuk melaksanakan ide-ide paling produktif.
Semua orang kreatif,jika telah mengembangkan suatu ide yang kreatif, maka risiko tertentu akan menyertai pelaksanaan, dalam mengurangi risiko ditolaknya suatu ide, saran, berikut dapat membantu mengatasi:
1.         Utarakan ide kepada istri atau teman, lebih baik membicarakan suatu ide sebelum ditulis. Menerangkan suatu ide akan mengantar kepada suatu diskusi, akan menghasilkan suatu perbaikan. Setelah ide menjadi pasti baru ditulis. Masih terdapat kemungkinan terjadi perubahan sebelum mencapai bentuk akhir.
2.         Pilih tempat dan waktu untuk mengemukakan ide kepada orang lain, jangan mengusulkkan ide kepada perusahaan sewaktu megalami krisis. Organisasi berada dalam keadaan stabil, sebelum ide diperkenalkan. Ketepatan waktu sangat penting dalam mengemukakan suatu ide. Pilih waktu ketika orang lain paling terbuka terhadap sesuatu yang baru.
3.         Kemukakan ide sedikit demi sedikit, pertama ajukan konsep total, seiring berjalannya waktu, dan semakin tertariknya orang pada ide, baru rinciannya dikemukakan.
D.    Tipe Pengambil Risiko
Pengambilan keputusan atau risiko sedikit banyak dipengaruhi oleh orang lain, pengalaman lalu, situasi sekarang dan pengharapan-pengharapan masa depan, dalam bisnis dibutuhkan berbagai tipe pengambil risiko. Organisasi tingkat bawah dibutuhkan pekerja yang terampil dalam melaksanakan pekerjaan rutin, sehingga sedikit risiko. Sebagian besar pekerja masuk ke dalam pengambil risiko tipe ini, karena perilaku dapat diramalkan dan membawa kestabilan organisasi.
Tingkat manajemen menengah, terdapat kemungkinan lebih banyak untuk pengambilan risiko. Manajer tingkat menengah lebih banyak mendapat kebebasan untuk inovasi dan membuat perubahan kecil dalam prosedur dan fungsi-fungsi. Posisi ini dapat dianggap sebagai pengambil risiko, tetapi dampak atas keseluruhan organisasi harus minim. Pelaku usaha yang berada pada tingkat teratas, mempunyai kemampuan untuk merumuskan dan menerapkan ide-ide kreatif. Mengantisipasi keberhasilan dalam bisnis, wirausaha diharapkan mengambil risiko dalam mewujudkan ide-ide menjadi kenyataan.
Wirausaha dapat dikatakan “praktis”, apabila organisasi tumbuh berdasarkan pengendalian dan pengarahan dari diri wirausaha sendiri. Wirausaha praktis berorientasi pada hasil dan mempunyai keyakinan akan ide-ide sehingga mampu menerima risiko demi terlaksananya ide tersebut. Sebaliknya, pelaku usaha merasa lebih praktis dalam menyadari keterbatasan diri dan membatasi kegiatan sampai pada aktivitas yang mampu dilaksanakan.
Pelaku usaha yang kreatif dan inovatif akan mengambil risiko yang sedang, bersedia menerima perubahan, mencoba alternative lain dan mengembangkan inovasi untuk barang dan jasa dalam bidang bisnis baru. Pelaku usaha semacam ini menjadi tokoh dalam dunia bisnis, mempunyai ide dan mampu menemukan kombinasi antara orang dan sumber daya lain untuk mewujudkan ide.
E.     Delegasikan Wewenang
Sebagai pelaku usaha, posisi pemimpin mempunyai arti dalam mengarahkan kegiatan-kegiatan orang lain dalam mencapai tujuan perusahaan, tetapi sebaliknya sebagai individu mempunyai kemampuan yang terbatas, oleh karena itu membutuhkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi pada posisi yang lebih tinggi. Pemimpin organisasi diharapkan bersedia memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada staf untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab kepada orang lain mengandung risiko tertentu. Terdapat akibat-akibat negatif maupun positif berarti pemimpin harus menanggung akibatnya. Pelaku usaha merupakan wirausaha yang berorientasi pada pertumbuhan harus mempunyai staf yang berorientasikna tindakan dan mampu menerima wewenang serta tanggungjawab.
Keuntungan maksimum agar dapat diperoleh, karyawan diberi wewenang dan kebebasan untuk melaksanakan tugas dari tanggungjawab. Pelaku usaha membutuhkan pertolongan orang lain, tetapi seorang pemimpin tidak mempunyai waktu untuk memonitor kegiatan secara langsung, kepercayaan pada staf ditunjukkan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penilaian usaha, setiap jawaban memberi petunjuk mengenai kesediaan mengambil risiko dalam mendelegasikan wewenang dan tanggungjawab kepada orang lain dalam organisasi. Pelaku usaha yang dapat mendelegasikan kegiatan kepada orang lain, mempunyai waktu untuk kegiatan yang lebih penting seperti perencanaan jangka panjang atau pengembangan produk-produk baru.
F.     Melaksanakan Perubahan
Setiap melakukan kegiatan harus dapat menentukan apakah ada risiko atau tidak, suatu risiko, kekuatan, posisi dan kewenangan akan mendapat tantangan. Jika diketahui terdapat risiko dalam bisnis, maka dibutuhkan kemampuan untuk menilai situasi secara realistik dan mencari pemecahan. Berani mengambil tindakan korektif yang diperlukan, walaupun mengandung risiko tertentu.
Suatu risiko jelas ada, maka diperlukan pengambilan keputusan atau justru tidak penting, apabila memutuskan mengambil risiko, maka segera melaksanakan suatu rencana pasti dan mulai mengambil tindakan. Rencana-rencana alternatif juga dirancang karena apabila rencana utama tidak berhasil, maka alternatif memungkinkan eksibilitas bila permasalahan berubah.
Suatu rencana sudah dicanangkan kemudian dilaksanakan, sehingga jika rencana dilaksanakan maka dapat mengetahui risiko yang terkandung. Umpan balik yang diterima tidak banyak, kekurangan umpan balik menciptakan keragu-raguan, setelah keputusan dilaksanakan, mempunyai ikatan penuh dengan keputusan sampai dengan masalah terpecahkan. Keyakinan dalam menangani persoalan sangat menentukan, jika yakin serangkaian tindakan akan memecahkan persoalan, maka tindakan tersebut menentukan hasil. Mempromosikan keputusan dan memperoleh dukungan orang lain mempengaruhi suksesnya keputusan.
Kemampuan mengambil risiko pelaku usaha dipengaruhi oleh:
1.      Keyakinan diri,
2.      Kesediaan untuk menggunakan kemampuan sepenuhnya untuk mengubah keadaan,
3.      Kemampuan menilai situasi risiko secara realistis dan mengubah kesempatan kemungkinan,
4.      Menghadapi situasi risiko menurut tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Tindakan mengambil risiko merupakan bagian hakiki dari pelaku usaha, oleh karena itu perlu menetapkan sasaran yang tinggi untuk diri sendiri, kemudian menggunakan semua kemampuan dan bakat untuk mencapau tujuan-tujuan tersebut, semakin tinggi tujuan, semakin besar risiko yang akan dihadapi.
G.    Evaluasi Risiko
Keberadaan data kuantitatif sangat membantu dalam melakukan evaluasi setiap risiko, menetapkan tujuan-tujuan dan dimungkinkan menggeneralisasikan kemajuan secara sistematis. Melalui data kuantitatif, mampu mengukur hasil-hasil yang dicapai dalam hubungan dengan ide-ide yang telah digariskan. Pelaku usaha diharapkan mengetahui dengan cermat dan makna dari angka-angka tersebut. Data kuantitatif mendukung pengetahuan, latar belakang dan pengalaman dalam mengambil keputusan. Lakukan evaluasi kebutuhan sendiri sebelum memutuskan untuk mengambil risiko. Sebelum mengambil keputusan yang mengandung risiko perhatikan pertanyaan berikut ini:
1.      Apakah risiko sepadan dengan hasil?
2.      Bagaimana risiko dapat dikurangi atau dihindari?
3.      Informasi apa yang diperlukan sebelum risiko diambil?
4.      Sumber-sumber daya mana yang dapat membantu mengurangi risiko dan mencapai tujuan?
5.      Mengapa risiko ini penting?
6.      Apa yang menakutkan dalam mengambil risiko?
7.      Apa pelaku usaha bersedia berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan?
8.      Apa yang dapat dicapai dengan mengambil risiko?
9.      Persiapan-persiapan apa yang perlu dibuat sebelum mengambil risiko?
10.  Bagaimana dapat mengetahui secara kuantitatif bahwa tujuan telah tercapai?
11.  Apa halangan-halangan terbesar dalam mencapai tujuan?
Proses pemeriksaan diri penting dalam mengambil risiko. Daftar pertanyaan hanya contoh dari serangkaian pertanyaan yang harus dijawab sebelum menanggung risiko. Mengambil risiko sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, dapat mengakibatkan kegagalan.
H.    Pengambilan Risiko
Perilaku mengambil risiko kewirausahaan semakin diakui sebagai sesuatu yang penting bagi manajemen tingkat puncak. Terdapat beberapa perusahaan memiliki keinginan untuk maju memilih laki-laki atau wanita wirausaha yang berani mengambil risiko dan berinovasi, daripada manajemen yang bersifat meneruskan dari perusahaan yang sudah ada.
Pengambilan risiko merupakan gaya perilaku, dengan penuh perhitungan, merupakan suatu keterampilan yang dapat ditingkatkan. Prosedur untuk menganalisis sebuah risiko:
1.              Taksiran Risiko
Pertama menaksir ada tidaknya risiko, yaitu apa terdapat potensi rugi dalam memilih sebuah alternative. Missal, dihadapkan pada kebutuhan peningkatan produksi untuk memenuhi tambahan permintaan. Pilihannya adalah sebagai berikut:
a.              Tetap pada tingkat permintaan sekarang,
b.              Membeli peralatan lebih banyak untuk memenuhi permintaan,
c.              Menyewa peralatan untuk memenuhi permintaan,
d.             Mensubkontrakkan kepada produsen-produsen yang lebih kecil.
Apabila mempunyai arus kas yang baik, cadangan kas kuatm atau kemudahan kredit baik, dan jika permintaan dapat dipastikan meningkat pada waktu yang akan datang, maka disini terdapat sedikit risiko dalam memutuskan salah satu satu dari alternatif-alternatif, meskipun alternatif pertama merupakan pilihan yang tidak bijaksana untuk diambil karena mengabaikan peluang peningkatan laba.
Keadaan lain, peningkatan permintaan tidak dapat dipastikan. Misalkan saja produk atau jasa bisa menjadi using karena inovasi-inovasi dari pihak pesaing, atau lebih banyak perusahaan yang masuk dalam bidang yang sama, atau pasar sedang mendekati titik jenuh. Lebih jauh lagi, bisnis tidak mampu menginvestasi jumlah yang dikehendaki karena tidak ada kepastian apakah modal akan kembali. Kondisi ini, terdapat berbagai derajat risiko, dan berkaitan dengan berbagai tingkat laba potensial (sukses) untuk berbagai alternatif.
2.              Tujuan dan Sasaran
Langkah berikutnya adalah mempertimbangkan kebijakan-kebijakan dan sasaran-sasaran perusahaan. Sasaran sebuah perusahaan dirumuskan: mencapai pertumbuhan secara perlahan, mantap, atau tidak tumbuh atau pertumbuhan dalam bidang produk lain. Pelaku usaha berani memutuskan apakah risiko yang muncul itu taat azas dengan tujuan dan sasaran perusahaan. Apabila saat azas, proses pengambilan keputusan diteruskan dan lakukan penaksiran alternatif secara rinci.
3.              Teliti Alternatif
Contoh: pengambilan risiko tertentu (keputusan untuk meluaskan produksi) konsisten dengan sasaran-sasaran perusahaan, maka langkah selanjutnya mengadakan survey berbagai alternatif. Alternatif-alternatif ditentukan secara rinci sehingga semua biaya dapat ditelaah dengan obyektif. Sebagian besar biaya merupakan biaya finansial. Tetapi jika ditinjau memungkinkan sebaiknya memperhitungkan “biaya pribadi”, sosial dan fisik. Misal: apakah kegagalan akan menjatuhkan prestise sosial? Perlu menentukan biaya keuangan dan biaya-biaya lain untuk setiap alternatif yang dapat dijalankan.
4.              Kumpulkan Alternatif
Tahap selanjutnya mengumpulkan informasi secara intensif sehingga penaksiran setiap kemungkinan realistik dapat dibuat secara realistik. Ramalan pasar dibuat untuk setiap permintaan dalam berbagai kemungkinan kondisi yang dapat terjadi. Reaksi dari pesaing ditaksir dan akibat dari reaksi diperhitungkan. Berbagai akibat sebaiknya ditelusuri dengan kesimpulan-kesimpulan logis sebagai berikut:
a.    Apabila permintaan mendekati titik kejenuhan, apakah modifikasi, produk mendorong kenaikan permintaan di pasar baru.
b.    Apakah terdapat pasar-pasar baru jika kegiatan persaingan mengurangi bagian pasar yang sekarang?
c.    Dapatkah peralatan mesin dimodifikasi dengan mudah untuk membuat produk-produk lain?
d.   Apakah ada kemungkinan para pembekal dan subkontraktor menaikkan harga-harga jika permintaan bertambah?
Laba yang diperoleh perusahaan untuk setiap alternatif diukur atas dasar informasi pasar, ramalan-ramalan dari permintaan masa depan, penaksiran reaksi persaingan, dan berbagai ramalan lain termasuk perilaku dari yang terlibat dalam situasi ini, seperti perusahaan jasa keuangan atau produsen peralatan.
5.              Minimkan Risiko
Menentukan langkah yang berisikan penaksiran secara realistik tentang sejauh mana dapat mempengaruhi keadaan, mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
a.              Kesadaran yang jelas tentang kemampuan dan kekuatan perusahaan,
b.              Kreativitas dalam menentukan cara mengubah keadaan (demi keuntungan),
c.              Kemampuan merencanakan taktik dan strategi untuk mewujudkan perubahan,
d.             Dorongan, energi dan antusias untuk melaksanakan strategi.
6.              Rencanakan dan Laksanakan Alternatif
Sebuah alternatif telah dipilih, susunan sebuah rencana untuk pelaksanaan. Rencana membuat jadwal, rumusan tujuan yang jelas, seperangkat rencana darurat untuk hasil yang akan terjadi, dan proses umpan balik, sehingga perubahan-perubahan yang diperlukan dilaksanakan dengan segera.


BAB III
ANALISA DAN PEMBAHASAN
3.1  Wirausahawan
A.    Risiko dan Karateristik
                  Dalam konsep ini, penulis proposal (business plan “MASTER BROWNIES”) masih dalam tahap sebagai Dreamer (pemimpi). Entrepreneur yang mempunyai inovasi tinggi, tetapi hanya menerima risiko yang rendah. Dikarenakan, dalam proposal bisnis tersebut, penulis belum terjun nyata ke dalam dunia bisnis yang ia tulis. Dia masih dalam tahapan bermimpi dengan tulisan berbentuk proposal rancangan usaha, dan dikarenakan beberapa faktor internal maupun eksternal, maka usaha belum menjadi kenyataan.
      Pada jangka panjang, tentu pelaku akan menjadi seorang entrepreneur adalah seorang yang mempunyai karateristik inovasi tinggi dan risiko yang dihadapi atau dibawahnya juga tinggi.
B.     Karakteristik yang dimiliki pelaku bisnis ini dalam proposal bisnis “master brownies”, antara lain:
1.      Sifat prestasi
Diwujudkan dari beberapa prestasi yang pernah didapat oleh pelaku usaha, antara lain: pemenang BPC(Business Plan Compatition) yang diadakan di kampus pelaku (UMK). Selain itu, prestasi akademik yang dapat diwujudkan dari beberapa kemampuan penunjangnya.
2.      Sifat keluwesan bergaul
Diwujudkan dari mudahnya pelaku usaha dala bergaul, dia mengikuti beberapa komunitas maupun organisasi yang memungkinkan tambahnya teman bergaulnya.
3.      Sifat kerja keras
Diwujudkan dari kerja kerasnya yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi sesuatu dan terus berusaha.
4.      Sifat keyakinan diri
Diwujudkan sifat kepercayaan diri yang tinggi bahwa dia bisa melakukan bisnis tersebut.
5.      Sifat pengambil resiko
Diwujudkan dalam ia ketika mengambil resiko, memperhitungkan beberapa faktor yang mungkin berpengaruh.
6.      Sifat swakendali
Diwujudkan dalam mengendalikan sesuatu yang ia inginkan.
7.      Sifat kemandirian
Diwujudkan dalam kemandiriannya dalam melakukan sesuatu sebisa mungkin tidak bergantung pada orang lain.
C.    Mengatasi Tekanan
Mengantisipasi tekanan enterpreneur harus bisa berhasil, supaya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kebiasaan mengatasi tekanan dilakukan para enterpreneur seperti melakukan meditasi, melemaskan otot dengan olahraga, mencari hiburan, dan sebagainya. Terdapat lima persoalan yang perlu dikerjakan agar tekanan teratasi, yaitu:
1.    Menciptakan networking : kesepian yang dihadapi dilakukan dengan menciptakan hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga mampu bercerita permasalahan yang dihadapi.
Pelaku memiliki hubungan baik di lingkungan masyarakat, dia juga aktif di dalam beberapa organisasi di kampusnya, antara lain: UKM Jurnalistik devisi LPM Pena Kampus dan juga Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen.
2.    Keluar dari persoalan secara total : pada saat tidak bekerja seperti hari libur atau akhir pekan enterpreneur melepaskan semua pekerjaan dan tidak menerima laporan sehingga kondisi tubuh dapat menciptakan kesegaran. Biasanya pelaku sering menikmati liburan dengan jalan-jalan bersama teman-temannya ataupun liburan bersama keluarganya.
Hal ini dapat dilakukan di luar rumah atau sekadar di rumah. Pada intinya, pada saat itu adalah melupakan sejenak terkait pekerjaannya dan menikmati liburannya.
3.    Berkomunikasi dengan pekerja : enterpreneur mau membuka pintu dan berdiskusi dengan karyawan. Hubungan baik dengan karyawan akan membantu enterpreneur dalam menghadapi persoalan.
Pada aspek ini, pelaku belum memiliki pekerja, yang ada hanyalah orang yang sama-sama membantunya dalam membangun usahanya. Namun, mereka tidak dikatakan sebagai pekerja oleh pelaku dikarenakan, bisnis tersebut akan tumbuh dikarenakan beberapa orang tersebut.
4.    Menciptakan kepuasan di luar perusahaan : enterpreneur dapat melakukan kegiatan diluar perusahaan untuk mendapatkan kepuasan sehingga bisnis yang dikerjakan tidak menjadi persoalan.
Hal ini dilakukan pelaku untuk melaksanakan liburan di luar rumah dan bersantai.
5.    Pendelegasian : enterpreneur harus bisa mendelegasikan pekerjaan kepada karyawan dan tidak dikerjakan sendiri seluruhnya.
Pelaku mempercayai setiap orang yang sudah bekerja bersamanya, jadi dia akan menaruh kepercayaan tersbeut pada orang tersebut.
2.2  JIWA KEWIRAUSAHA
A.    Ideologi Wirausaha
      Wirausahawan merupakan seorang yang menghadapi risiko dimasa yang mendatang dan bertujuan untuk mendapatkan profit dengan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki sehingga mengalami peningkatan terhadap usaha.
Dalam aspek analisa ini, Dewi Lestari selaku pelaku utama dalam studi kasus (proposal business plan “MASTER BROWNIES”) memiliki niat atau sebuah planning untuk menjadi seorang wirausahawan, dimana dia berniat untuk mengambil pekerjaan atau lebih tepatnya menciptakan pekerjaan dengan usahanya sendiri. Disini dia dituntut aktif dalam memulai usaha bisnisnya dan belajar mendalam terkait dunia entrepreneur.
B.     Jati diri Wirausaha
            Pelaku usaha “MASTER BROWNIES” masih tergolong muda saat meniti karirnya. Awalnya dia tidak mengetahui terkait jati dirinya, pekerjaan apa yang cocok dengannya. Hingga ia menyadari bahwa dia tidak suka diperintah dan lebih suka memberi perintah, maka dari itu merupakan awal dia tidak ingin menjadi seorang karyawan. Maka dari itu, dia mulai menekuni sebagai wirausaha. Dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan inovasi-inovasi yang cemerlang, dan juga merupakan pengambil keputusan, yang menjadikannya sebagai seorang wirausaha.
C.     Bisnis Ditempat Kerja
            Pelaku bisnis menyusun prioritas dalam sasaran-sasaran karier, dan hasil yang di inginkan diharapkan berkaitan dengan tujuan yang dapat diukur dan berarti. Sasaran ini bersifat menantang, memberi motivasi kepada pelaku usaha untuk berlajar dan berkembang dalam karier. Pelaku usahan akan belajar paling baik, jika melakukan hal-hal yang menarik minat dan mempunyai ikatan pada tujuan tetentu, menimbang sifat-sifat pribadi sesuai dengan kondisi pelaku usaha. Rangkaian pertanyaan berikut memberikan petunjuk tentang kemampuan pelaku usaha.
          Tabel 2.2
          Kemampuan Wirausaha Pelaku Usaha “Master Brownies”
PERTANYAAN
YA
TIDAK
Pekerjaan diri pelaku bisnis menghendaki percaya pada diri sendiri.
V

Pelaku bisnis mempunyai motivasi diri untuk mencapai tujuan.
V

Pelaku bisnis dapat bekerja dengan orang lain.
V

Pelaku bisnis mengambila peran kepemimpinan dalam suatu kelompok
V

Pelaku bisnis memanfaatkan kesempatan untuk meluaskan pengetahuan dengan mengikuti kursus maupun pendidikan
V

Pelaku bisnis dapat berkomunikasi baik dengan orang lain
V

Pelaku bisnis pendengar yang baik
V

Prestasi pelaku bisnis menunjukkan ada perkembangan secara personal dan profesional
V

Pelaku bisnis memiliki citra diri yang positip
V

Tujuan yang ingin di capai merupakan tantangan
V

Pelaku bisnis mampu membuat keputusan dengan mudah
V


D.    Sikap Karir
      Pelaku bisnis mempunyai kemampuan tertentu  yang dapat diterapkan pada sejumlah karir. Faktor-faktor berikut membantu pelaku usaha dalam mengembangkan sikap kewirausahaan pada karir.
1.    Pilih karir yang memberikan pada pelaku usaha untuk mewujudkan diri secara kreatif dan memungkinkan pertumbuhan pribadi maupun profesi, tidak menganggap remeh kemampuan dan bakat diri sendiri.
               Dalam aspek ini, pelaku memilih karir sebagai wiraswasta dengan usahanya food and beverage dengan label “MASTER BROWNIES”
2.    Apabila memulai karir, tindakan pelaku bisnis sebaiknya mencontoh usahawan yang berhasil dalam bidang sejenis.
               Dalam aspek ini, pelaku usaha masih mencari strategi-strategi untuk dapat mengembangkan bisnisnya lebih lanjut lagi. Usahanya ini bisa dengan melakukan seminar-seminar tentang bisnis, sharing dengan pebisnis juga akan menambah banyak pengalaman dan materi tentang dunia bisnis itu sendiri.
3.    Diperlukan pengetahuan sebanyak mungkin tentang karir yang telah dipilih.
          Dalam aspek ini, pengetahuan ini didapatkan oleh pelaku ketika menembuh pendidikan akademik melalui sekolah dan kuliah, lalu selain itu pelaku juga sering mengikuti berbagai seminar tentang bisnis dan sharing dengan pebisnis lainnya.
4.    Tingkatkan kemampuan diri secara terus-menerus, puas dengan prestasi masa lampau, pandang kedepan untuk menciptakan tujuan baru sebagai sumber perbaikan diri.
               Dalam aspek ini, tidak henti-hentinya pelaku usaha ”Master Brownies” untuk tetap mencari ilmu, mulai dala mmengikuti forum maupun membaca buku-buku.
5.    Semua selalu berubah, berarti pelaku usaha mampu melakukan berubah.
               Dalam aspek ini, pelaku usaha “Master Brownies” selalu melakukan inovasi-inovasi baru demi mengikuti arus permintaan pasar.
6.    Berorientasi pada tindakan, mampu mengambil keuntungan dari peluang-peluang karir baru yang mengantar pada sukses masa depan.
               Dalam aspek ini, pelaku usaha “Master Brownies” selalu mencari peluang-peluang dari sesuat        u yang tidak terduga menjadi suatu ide yang bagus. Misalnya saja, awal penciptaan produk ini yang didasari rendahnya minat dan daya jual sayuran.
7.    Memiliki kekuatan dan kelemahan diri, dari pada menghabiskan waktu untuk menghilangkan kelemahan, lebih baik bersandar dan gunakan  kekuatan untuk mengatasi kelemahan.
               Dalam hal ini, pelaku usaha “Master Brownies” melakukannya dengan analisa SWOT.
8.    Penampilan diri mempengaruhi citra diri sendiri, apabila tampil baik akan merasa baik juga.
               Dalam aspek ini, pelaku bisnis selalu menjaga sikap dan penampilan dirinya, di rumah maupun di luar rumah. Penampilan yang baik tentu membawa citra yang baik pula.
9.    Mengambil keputusan merupakan suatu ciri utama dari pelaku usaha yang berhasil.
               Pelaku usaha selalu membuat keputusan dengan mempertimbangkan dari segala aspek yang berpengaruh.
10.                   Jalani hidup pada masa sekarang dan jangan boros waktu dengan menyesali kegagalan di masa lalu.
               Dalam aspek ini, pelaku usaha tidak mengungkit-ungkit kesalahan yang lalu, dia jadikan bahan pembelajarn untuk mendapat hasil yang baik di masa sekarang maupun nanti.
E.     Sikap Mental
      Pelaku usaha memiliki pandangan hidup sehat, merupakan individu-individu yang telah mengembangkan cara menilai pengalaman-pengalaman secara sehat. Dalam aspek ini, pelaku usaha “Master Brownies” memiliki sikap mental yang bagus. Dia mampu memisahkan antara kepentingan dan urusan pribadi dengan urusan bisnisnya. Dia juga mampu melihatdan menganalisis situasi dan kondisi, kapan dan bagaimana dia akan menentukan sikapnya terkait urusan pribadi dan urusan bisnisnya.
F.     Perilaku Positif
Perilaku individu pada dasarnya membiarkan keadaan luar mengendalikan sikap, perilaku usaha menggunakan sikap untuk mengendalikan keadaan. Sikap positif memudahkan untuk memfokus pada kegiatan, kejadian dan atas hasil yang diinginkan. Pengalaman negatif mempunyai segi yang positif. Bersikap secara positif terhadap semua peristiwa dan mencari hikmah dari pengalaman.
Dalam aspek ini, pelaku usaha “Master Brownies” memiliki perilaku yang positif. Hal ini dapat dibuktikan, aktifnya dia di beberapa forum kemasyarakatan dan komunitas positif lainnya. Hal ini akan menunjang pencapaiannya dalam tujuan bisnis.
G.    Kebiasaan dan Sikap
Pelaku usaha “MASTER BROWNIES” memiliki kebiasaan dan sikap selalu taat kepada ajaran agama. Kebetulan agama yang dianut oleh pelaku usaha adalah agama Islam, maka dia melaksanakan rukun islam dan juga rukun iman.
Bangun subuh dengan ucapan alhamdulillah sebagai ucapan syukur berkat masih diberi kenikmatan dan bismisllah sebagai mengawali harinya. Prinsip utama si pelaku bisnis adalah lakukan semuanya karena Allah SWT, karena sesuatu apapun yang berat akan terasa ringan.
Ajaran islam tentang dunia bisnis juga sudah tercemin dalam kisah Nabi Muhammad dan Siti Khadijah pula. Lalu, si pelaku usaha MASTER BROWNIES ini mengadaptasi perilaku dan kebiasaannya dalam memulai dunia bisnisnya.
2.3  RISIKO USAHA
A.    Kondisi Berisiko
Faktor utama risiko bisnis dimana depan adalah faktor kompetitif, dan penulis disini dapat menganalisa hal tersebut menggunakan SWOT:
1.Strength (Kekuatan)
Untuk bisnis master brownies itu sendiri masih memiliki peluang besar untuk menarik perhatian para konsumen karena untuk pesaing nya sendiri masih belum banyak yang membuka usaha kue brownies berbahan dasar sayuran. Jadi untuk memperoleh keuntungan besar sangat memungkinkan dari bisnis master brownies ini.
2.Weakness (Kelemahan)
Master brownies ini tidak dapat bertahan lama karna pengolahan nya tidak menggunakan bahan kimia atau bahan pengawet. Hanya berbahan dasar alami. Jadi kue ini hanya dapat bertahan sekitar seminggu.
3.Oppurtinity (Peluang)
Peluang yang ada dalam bisnis master brownies ini antara lain: Bahan baku yang mudah didapatkan. Manfaat sayur mayur yang beranekaragam.Kandungan sayuran sangat banyak, terdiri dari mineral, vitamin, karbohidrat, serat, protein, lemak, dan lain-lain, sehingga apabila orang hanya mengonsumsi sayuran saja, sudah tercukupi secara minimal gizinya.
Sayuran dengan mudah dapat dicerna, dan bagus untuk kesehatan tubuh.Karena manfaat-manfaat tersebut sayuran banyak disukai oleh berbagai kalangan, namun untuk anak-anak sendiri kurang meminatinya. Maka dari itu, master Brownies ini akan membuat anak-anak lebih menyukai makan sayuran dengan invoasi berbeda. Selain itu, lokasi yang strategis, Master brownies yang terletak ditempat-tempat strategis di kota Kudus.
4.Threath (Ancaman)
Banyak pesaing bisnis brownies yang saat ini jauh lebih terkenal dan lebih dikenal oleh masyarakat luas
Perilaku pengambilan risiko di “MASTER BROWNIES”:
1.      Pengambilan risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan bagian penting dalam mengubah ide menjadi realitas.
Seiring berkembangnya usaha, maka risiko pesain dan kompetitor pasar semakin banyak. Hal tersebut tentu membuat produk rawan ditiru atau diplagiat oleh oang lain(pesaing). Ada beberapa pesaing yang ingin meniru produk kita. Entah mulai penggunaan merk dagang yang hampir mirip, inovasi produk dan rasa, dan lain sebagainya.
2.        Pengambilan risiko berkaitan dengan kepercayaan pada diri sendiri. Semakin besar keyakinan pada kemampuan diri sendiri, semakin besar keyakinan akan kesanggupan untuk mempengaruhi hasil dari keputusan-keputusan, dan semakin besar kesediaan untuk mencoba apa yang dilihat orang lain sebagai risiko.
Semakin besar kepercayaan diri pelaku usaha, maka dia semakin besar keputusan dalam pengambilan risikonya, karena dia percaya bahwa dirinya mampu melewati rintangan dan sanggup menerima apapun risiko dari keputusannya tersebut. Dalam konteks ini, si pelaku usaha “MASTER BROWNIES” memiliki kepercayaan diri di tingkat belum terlalu puncak. Dia merupakan pebisnis awal jadi, masih terdapat kekhawatiran dalam dirinya dalam melangkah jauh ke depan. Namun, dia optimis setiap keputusannya akan berhasil. Adapun dia sebelum mengambil keputusan, tentu memperhitungkan beberapa hal yang berkaitan, sehingga keputusannya akan menjadi keputusan yang terbaik.
3.        Pengetahuan realistik mengenai kemampuan-kemampuan diri sendiri, realisme demikian membatasi kegiatan-kegiatan pada situasi yang dapat pengaruhi hasil.
Pelaku usaha “master brownies” memiliki kemampuan pengetahuan realistik, dimana dia mampu mengenali dirinya sendiri, terkait kemampuan fisik, psikis, maupun financial. Maka dari itu, hal tersebut juga akan dipertimbangkannya dalam pengambilan keputusan dan menerima konsekuensi atau risiko yang mungkin terjadi karena keputusannya tersebut.
B.     Keputusan Risiko
Keputusan pengambilan risiko pelaku usaha “MASTER BROWNIES”:
1.                   Untuk masalah terstruktur atau masalah-masalah yang sering terjadi setiap periodenya. Misalnya saja, pembelian bahan baku brownies, penggajian karyawan, dll. Untuk mengambil keputusan ini, pelaku usaha sudah memiliki catatan tersendiri dalam mengambil keputusannya. Untuk jangka panjang, kepala usaha master brownies mempercayakan kepada tiap-tiap kepala bagian terkait keputusan yang sebelumnya sudah disahkan atau diketahui oleh kepala usaha.
2.                   Untuk masalah yang tidak terstruktur dan biasanya dalam keadaan krisis atau tidak seperti biasanya. Misalnya saja, toko sepi pelanggan, kebijakan pemerintah, dll. Untuk mengambil keputusan dalam menghadapi masalah ini, pelaku usaha melakukan koordinasi dengan seluruh kepala devisi untuk mempertimbangkan alternatif-alternatif lain dalam pengambilan keputusannya.
C.    Kembangkan Ide
Usaha MASTER BROWNIES ini membuat inovasi sayuran yang sebagian besar rasanya kurang diminati oleh masyarakat luas. Dengan inovasi tersebut, banyak manfaatnya bagi tubuh manusia yang terkandung dalam sayuran. Dibuatnya master Brownies ini sebagai alternative menikmati sayuran yang kurang enak, sehingga dapat dinikmati dengan perpaduan coklat dalam Brownies yang lebih nikmat.
Selain dari segi yang menyehatkan, makanan inovatif healt-modern ini juga akan menjadi makanan unik yang berpeluang menarik perhatian konsumen.
Adapun Jenis dan macam-macam produk:
1.              Master Brownies rasa Jagung
2.              Master Brownies rasa Labu
3.              Master Brownies rasa Wortel
4.              Memungkinkan terdapat inovasi baru lainnya.
D.    Delegasikan Wewenang
Pemilik usaha “MASTER BROWNIES” selalu percaya pada setiap karyawannya. Usahanya dibangun atas dasar kepercayaan antar sesama. Usaha tersebut tidak dapat berjalan juga tanpa adanya karyawannya, maka dari itu terkait tugas dan wewenang, dia selalu percaya kepada karyawan. 
Jika pemilik tidak sedang berada di tempat usaha, maka yang wewenangnya akan didelegasikan kepada setiap kepala devisi dan bertanggung jawab atas karyawan dibawahnya. Namun, selepas dari itu sebenarnya pemilik usaha tetap percaya kepada tiap personal karyawan
E.     Melaksanakan Perubahan
Usaha “Master Brownies” ini bersifat fleksibel. Selalu melakukan perubahan seiring mengikuti arus perubahan dari pasar. Usaha tidak akan berjalan jika pada titik yang tetap, tanpa adanya inovasi-inovasi baru. Maka dari itu, usaha “Master Brownies” ini terus melaksanakan perubahan-perubahan yang lebih baik lagi. Melakukan inovasi-inovasi baru terkait rasa, suasana outlet, segi pemasaran, dan lain sebagainya. Pada usaha ini menerapkan bahwa konsep usaha mengikuti arus pasar tanpa menyampingkan ciri khas dari usaha “MASTER BROWNIES”.
F.     Evaluasi Risiko
Dalam mengevaluasi risiko, maka dibutuhkannya data kuantitatif untuk mengukur seberapa efektif dan efisien terkait pengambilan keputusan yang sudah pernah dilakukan. Misalnya saja, dalam tingkat keberhasilan usaha yang ditunjukkan dalam laporan laba rugi di bawah ini:
PROYEKSI LABA RUGI
MASTER BROWNIS
(Dalam satuan Rupiah)
 PENDAPATAN PENJUALAN
       1,050
 X
               30,000
         31,500,000
 BIAYA BIAYA
      -BIAYA BAHAN BAKU
         15,300,000
      -BIAYA VARIAN RASA
           5,550,000
      -BIAYA PENDUKUNG
           5,220,000
      -BIAYA LAIN LAIN
           3,800,000
 TOTAL BIAYA
         29,870,000
 LABA KONTRIBUSI
           1,630,000
 BIAYA TETAP (/BULAN)
             447,736
 LABA BERSIH



        1,182,264

(Dalam satuan Rupiah)
KETERANGAN
BULAN I
BULAN II
BULAN III




LABA KOTOR
31,500,000
31,500,000
36,000,000




BIAYA TETAP
447,736
447,736
447,736




BIAYA BAHAN BAKU
15,300,000
15,300,000
16,300,000




BIAYA VARIAN RASA
5,550,000
5,550,000
6,500,000




BIAYA PENDUKUNG
5,220,000
5,220,000
6,000,000




BIAYA LAIN - LAIN
3,800,000
3,800,000
4,200,000




TOTAL BIAYA
30,317,736
30,317,736
33,447,736




LABA BERSIH
1,182,264
1,182,264
2,552,264





Dalam tabel tersebut dapat diperkirakan bahwa laba pada bulan pertama sebesar Rp. 1,182,264, begitu juga bulan kedua produksi. Hal tersebut dikarenakan, pada tahap ini adalah tahap awal usaha untuk memperkenalkan produk ke konsumen luas. Sedikit masyarakat yang tahu akan produk tersebut, maka proyeksinya demikian.
Lalu, pada bulan ketiga diprediksikan akan memperoleh laba bersih sebesar Rp. 2,552,264. Pada bulan ketiga mengalami kenaikan laba dikarenakan, pada masa ini masyarakat luas mulai mengetahui tentang produk tersebut. Dibantu dengan pemasaran yang baik, maka produk tersebut semakin mudah dikenal di masyarakat luas, sehingga memungkinkan jika laba bersih usaha akan naik.
Prediksi hanya dibuat dalam 3 bulan pertama, selanjutnya bulan-bulan berikutnya diharapkan laba bersih usaha akan mengalami peningkatan, meskipun sebenarnya terdapat beberapa faktor yang memungkinkan pasang surut usaha. Namun, diusahakan untuk dapat menjaga kestabilan arus keuangan dari usaha tersebut. Dan hal ini tentu merupakan dampak dari keputusan yang diambil di waktu sebelumnya. Untuk menjaga kestabilan arus keuangan ini, maka dibutuhkannya evaluasi-evaluasi terkait ketenagakerjaan, pemasaran, dan lain sebagainya.
G.    Pengambilan Risiko
Pelaku usaha “MASTER BROWNIES” memiliki tipe melakukan musyawarah terlebih dahulu sebelum mengambil suatu risiko dari suatu keputusan. Dia sering melakukan rapat-rapat terkait suatu masalah dan mempertimbangkan alternatif-alternatif lain yang mungkin terjadi. Biasanya pelaku usaha ini, sebelum berani mengambil risiko dari keputusannya, maka ia melakukan hal-hal di bawah ini:
1.         Mengidentifikasi masalah. Setelah masalah sudah teridentifikasi lalu, melakukan riset di lapangan terkait kondisi yang sebenarnya terjadi.
2.         Perancangan. Pada aspek ini, pelaku usaha ini merancangkan bersama kepala bagian terkait perancangan dan menyusun beberapa alternatif yang kemungkinan terjadi dari keputusannya. Mulai dari keuntungan maupun risikonya. Semuanya dibahas disini.
3.         Pemilihan. Disini pelaku usaha melibatkan karyawannya dalam pemilihan keputusan yang berakibat pada risiko yang akan terjadi. 



BAB IV
PENUTUP
4.1    Kesimpulan
MASTER BROWNIES merupakan inovasi baru yang berupa olahan dari sayuran menjadi sebuah kue Brownies yang dicampur dengan beberapa bahan-bahan pilihan.Dengan produk ini, diharapkan mampu memperpanjang umur dari sayuran itu sendiri tanpa mengurangi khasiatnya.Selain itu juga, mampu meningkatkan daya minat dan daya jual terhadap produk tersebut.
Selain itu, pengimplementasian konsep usaha “MASTER BROWNIES” sudah baik. Dimulai dari konsep wirausaha, jiwa kewirausaha, dan resiko usaha. Semua itu sudah dianalisis oleh calon pelaku usaha.
4.2 Saran
Penerapan teori kewirausahaan di “MASTER BROWNIES” sudah bagus juga di dalamnya menyangkut visi dan misi perusahaan yang jelas, namun jika penerapan tersebut tidak selalu diperbarui seiring berkembangnya lingkungan eksternal maupun internal maka, keefektifannya akan berkurang. Maka dari itu, untuk menjaga keefektifan dari fungsi manajemen yang sudah diterapkan alangkah baiknya, jika MASTER BROWNIES juga meng-upgrade inovasi-inovasi dan kreatifitas lainnya sesuai memenuhi kebutuhan pasar.



Lampiran I
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Dewi. 2017. PROPOSAL USAHA KECIL MENENGAH “MASTER BROWNIES”. http://dewiwil.blospot.co.id/2017/04/proposal-usaha-kecil-menengah-master-brownies.html. (diakses pada April 2017).

Sukirman. 2014. KEWIRAUSAHAAN (KASUS DAN IMPLEMENTASI). Galaksi Nusindo: Semarang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll