Cita-cita menjadi
seorang Presiden adalah cita-cita yang cukup tinggi bagiku karena seorang
Presiden adalah pemimpin Negara. Keadaan Negara akan lebih baik ataupun lebih
buruk pasti semuanya tergantung pada pemimpinnya, meskipun sebenarnya ada
banyak factor yang mempengaruhinya namun, kebanyakan dari orang awam akan
langsung menilai keberhasilan ataupun kehancuran dari suatu Negara dari kemampuan
Presidennya.
( m.tempo.co )
Jika
saya diberi kesempatan menggantikan kursinya Pak Jokowi, banyak yang saya ingin
lakukan, namun jika sehari saja, saya susah menemukan satu hal yang kecil dan
relative singkat namun, berdampak luar biasa. Perubahan suatu Negara untuk
kearah yang lebih baik, tidak dapat ditentukan oleh seorang Presiden yang
memimpin hanya satu hari.
Namun, jika Pak Jokowi
rela meminjamkan kursinya untuk dapat saya duduki, dengan “bismillah” saya akan
berusaha menjadi Presiden sehari yang mengenang. Saya tidak ingin hanya
duduk-duduk saja di kursinya Pak Jokowi yang ada di istana Negara namun, saya
ingin melihat bagaimana luar dan dalamnya Indonesia sesungguhnya.
Saya akan berkeliling
se’Nusantara menggunakan helicopter. Tidak perlu pesawat, tidak perlu ajudan,
mungkin satu pilot dan satu awak. Pesawat membutuhkan landasan khusus dan kemungkinan
tempat yang ingin saya kunjungi jauh dari landasan tersebut dan memakan banyak
waktu jika terlalu banyak transit, waktu saya kan hanya sehari.
(www.liputan6.com)
Tempat seperti apakah
itu? Suatu tempat yang terpencil, terjauh, terluar, jarang terekspos media,
bahkan pembangunan pun dirasa tak mampu menemukan tempat itu di Indonesia.
Tempat dimana mereka jauh dari dunia pendidikan yang layak, fasilitas kesehatan
yang memadahi, dan fasilitas-fasilitas umum lainnya yang mudah kita temukan di
kota-kota besar.
Disana saya akan
melihat langsung dengan mata kepala saya sendiri, tentang realitas kehidupan
mereka bukan lagi scenario belaka. Saya akan berbagi banyak cerita tentang
dunia yang saya ketahui dan juga akan dapat banyak cerita bagaimana dunia
mereka. Berbagi canda tawa, keluh kesah, menggenggam tangannya, dan memeluk
mereka meyakinkan bahwa apapun impiannya pasti akan terwujud jika kita saling
mendoakan dan saling berusaha. Semua itu tak hanya akan saya rekam dari mata
dengan bantuan memory otak namun, akan saya dokumentasikan apa yang saya
dapatkan dari mereka dengan kamera dan goresan pena di atas lembaran kertas.
Tujuan saya membuat
dokumentasi dalam bentuk video dan untaian kata tidak lain untuk membuka mata
seluruh masyarakat Indonesia bahkan di dunia bahwa disini, di Indonesia yang
konon katanya negerinya kaya raya, subur makmur, ternyata menyimpan sebuah
kecacatan yang dirasa kabur pandangannya.
Perubahan suatu Negara
tidak hanya bergantung pada siapa yang memimpinnya, melainkan banyak pihak yang
terkait. Menurut saya, solidaritas dan rasa nasionalisme yang tinggi dari
seluruh lapisan masyarakat Indonesia akan lebih berpengaruh dibandingkan dengan
seorang Presiden yang memimpin.
(www.idntimes.com)
Kerja sama, gotong royong, dan saling bahu-membahu memajukan Indonesia adalah kunci kesuksesan Indonesia di masa mendatang. Meskipun kita berbeda, namun sebenarnya kita tetap satu jua, seperti halnya dengan semboyan Negara kita BHINEKA TUNGGAL IKA yang seharusnya berada pada pondasi nasionalisme kita dan mewujudkannya tanpa melupakan nilai-nilai setiap sila PANCASILA yang menjadi pandangan hidup kita.
Jika satu hari saya
telah habis untuk menjadi seorang Presiden RI maka, akan saya titipkan keluh
kesah mereka kepada Presiden yang sesungguhnya dan cerita yang saya dapatkan
kepada masyarakat luas agar dapat direnungkan dan diimplementasikannya dengan
perbuatan nyata.
Apa kontribusi kita
untuk Indonesia?
#WorthyStory
Dewi Lestari
-hanya opini penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar